Search

Motley Crue dan Bisnis Nostalgia - detikNews

Jakarta -

Tulisan pendek ini bukan hendak membahas grup Motley Crue yang selalu sarat kontroversi, pun di usia senja, dengan rasa antusiasme seorang fans. Saya bukan fans mereka. Album rekaman yang saya miliki hanya Dr. Feelgood (1989) dan album kompilasi greatest hits-nya. Dalam membuat tulisan ini saya berperilaku sama dengan para penyusun sejarah tentang penyanyi terburuk sepanjang masa, Florence Foster Jenkins.

Sebagai penggemar musik rock, saya masih mengikuti cerita yang beredar tentang grup fenomenal ini. Saya suka cerita-cerita tentang mereka, yang akhirnya dengan sangat terpaksa membuat saya juga harus mengakui mereka sebagai band rock legendaris.

Tulisan pendek ini mencoba mengutarakan betapa beruntungnya ketika misalkan Anda sudah berkarya sekian tahun di industri musik rock. Usia boleh menua dengan stamina fisik yang menurun. Tapi permintaan orang agar Anda tampil lagi masih ada. Inilah yang harus Anda perhatikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apalagi hasil royalti dari penjualan karya Anda, yang sekarang rata-rata dari platform digital, mungkin tidak cukup karena Anda harus membaginya dengan label tempat Anda merekam lagu-lagu Anda. Jumlah penonton di Youtube yang bisa dimonetisasi tetap saja juga kurang afdol karena panggung adalah tempat sejati pemusik dan anak band, apalagi band rock, bertemu dengan para pemujanya.

Demikian yang kini terjadi pada Motley Crue. Band yang terbentuk di Hollywood California pada 1981 ini selalu sarat kontroversi. Masuknya John Corabi pada 1992 dilakukan selain menggantikan Vince Neil juga agar kualitas musik mereka berkembang, tak melulu hanya membahas "sex, drugs, and rock'n roll". Kendati secara kualitas Corabis lebih baik --ia menulis lagu dan mampu bermain gitar sambil menyanyi seperti Sammy Hagar ketika bergabung dengan Van Halen-- nyatanya tak bertahan lama.

Vince Neil kembali masuk setelah sebelumnya sempat merilis album solo pada 1993 dan 1995. Musik mereka kembali "berandalan".

Pada 2005 sempat bergabung Samantha Maloney sebagai dramer baru menggantikan Tommy Lee. Meski hanya sementara dan akhirnya Tommy Lee kembali ke grup yang turut membesarkan namanya, bergabungnya mantan dramer grup Hole itu cukup mengagetkan. Ini bukan karena kualitas permainannya, namun untuk grup yang kerap membahas "seks bebas" kok bisa menggaet pemain dram perempuan? Dan, lucunya Crue mampu melakukan hal itu demi menjaga publisitas mereka tak melulu sebagai "bad boy".

Pada 2019, suksesnya film biopik mereka The Dirt yang diproduksi Netflix malah tak jadi membuat mereka sepenuhnya undur diri dari panggung musik rock. Karena hampir semua personelnya masih hidup tawaran manggung masih ada. Dan, nilainya sudah pasti makin besar.

Kontroversi terakhir, yang menjadi pembicaraan hangat di kalangan pecinta musik rock adalah kenapa band sebesar itu memakai back tracking? Bukankah itu memalukan? Tadinya mungkin begitu. Mick Mars yang kini sudah tak bergabung malah pernah buka-bukaan kepada media bahwa band ini menggunakan back tracking. Tapi, band ini lagi-lagi membuktikan setelah ketahuan mereka tetap ditunggu penonton!

Crue diuntungkan di masa sekarang, terutama yang terjadi industri showbiz, adalah menjual nostalgia. Penggunaan back tracking, minus one, lip-sync, atau play back untuk industri showbiz di masa kini sudah tak lagi dipandang "perbuatan cela". Ini beda dengan kasus Milli Vanilli karena menggunakan suara orang lain. Ini tetap suara mereka sendiri.

Karena di bisnis ini, yang akhirnya "menjual nostalgia" dengan menghadirkan kembali penyanyi masa lalu di masa kini, yang penting mereka masih ada dan beraksi di depan mata penggemarnya. Bagi pemusik yang tidak membutuhkan atau menggunakan peralatan back tracking saat show di masa kini dianggap punya nilai lebih, apalagi masih menyanyi dan memainkan musik dengan kekuatan energi yang sama seperti rekaman album semasa mudanya.

Latihan fisik tetap dilakukan, tapi apa daya usia dan stamina tak bisa berbohong. Fenomena Motley Crue menunjukkan kepada kita bahwa mereka tanggap dengan perubahan era penonton konser rock di zaman sekarang. Apalagi kini semuanya bisa didokumentasikan ke dalam ponsel.

Akhirnya tak penting lagi mereka asli menyanyi atau tidak. Yang penting kamulah saksi hidup dari pertunjukan grup rock legendaris itu. Yang penting kamu berfoto dan membuat video di area konser Motley Crue untuk di-posting ke akun sosial mediamu.

Etos Kerja Manajemen

Lantas apa gunanya membahas grup heavy metal Motley Crue Amerika hari ini? Apa korelasinya dengan dunia showbiz kita? Tentu saja jika jeli masih berkaitan. Kenakalan dan kebengalannya memang tak usah ditiru, karena hingga kini masih banyak grup rock legendaris tetap "good attitude". Salah satunya Def Leppard yang kini tur bersama mereka, juga Mr. Big, bahkan Guns N' Roses yang nyaris hampir sama dengan mereka di masa muda --juga dikenal karena bengalnya, chemistry-nya muncul kembali dengan menghasilkan lagu baru pada 2023.

Etos kerja manajemen mereka mungkin yang patut ditiru. Pertama, hak kepemilikan master rekaman mereka yang kemudian tetap menjadi hak milik mereka, bukan wewenang label Elektra Records. Memang harganya tak murah dan juga lucu: kok membeli karya sendiri dari label. Tapi, ini penting ketika hak publikasi ada di tangan Anda atau manajemen artis Anda.

Anda tetap punya kontrol penuh dengan karya Anda ketimbang harus berbagi dengan pihak lain yang cenderung culas. Artis lain, misalnya Taylor Swift juga akhirnya pegang kendali dengan karyanya setelah merekam dan memproduksi ulang lagu-lagunya ketika sulit mendapatkan kembali master dari labelnya.

Sekedar info, jika hak di tangan Anda, Anda berhak pula mengolah kembali legacy hasil rekaman Anda. Rilis ulang ditambah materi lama yang tidak sempat dirilis, rilis ulang dengan kualitas rekaman lebih baik, ditambah merchandise ini-itu seperti kaos atau logo band di salah satu produk minuman akan menambah tinggi nilai jual band Anda. Dengan cetak terbatas Anda bisa memanjakan fans setia Anda.

Kedua, dari Motley Crue kita belajar ketokohan dan kharisma band bisa tetap bertahan dan menghasilkan uang jika dikelola dengan baik. Pikirkanlah selalu bagaimana tampil di panggung dengan baik. Selalu ada cara mempertahankan itu. Gunakan teknologi yang ada terutama yang membuat aksi panggung menjadi baik.

Apalagi di zaman sekarang sudah cukup banyak teknologi memadai untuk membuat aksi panggung lebih baik. Karena tempat sejati musisi adalah di panggung, bukan penjualan rekaman. Hasil penjualan rekaman anggap saja bonus ketika apapun sekarang yang sudah menjadi dokumentasi digital bisa digandakan.

Donny Anggoro CEO Roundabout Music dan Bakoel Didiet, gerai buku dan musik online sejak 2011

(mmu/mmu)

Adblock test (Why?)



"bisnis" - Google Berita
September 16, 2023 at 11:25AM
https://ift.tt/sJYqxew

Motley Crue dan Bisnis Nostalgia - detikNews
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/DdQvNh1
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Motley Crue dan Bisnis Nostalgia - detikNews"

Post a Comment

Powered by Blogger.