Search

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Perlambatan Ekspansi Manufaktur hingga Pindah Jalur Bisnis Emiten - Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Ekspansi manufaktur Indonesia bulan lalu melambat setelah mencapai rekor tertinggi pada Oktober. Aktivitas pembelian naik, diikuti dengan peningkatan serapan tenaga kerja dan inventaris, tetapi harga bahan baku terbang ke posisi tertinggi dalam 8 tahun.

Kabar tentang perlambatan ekspansi industri pengolahan Indonesia menjadi salah satu berita pilihan editor Bisnisindonesia.id. Beragam kabar ekonomi dan bisnis lainnya yang dikemas secara mendalam dan analitik juga tersaji di meja redaksi Bisnisindonesia.id.

Berikut ini intisari setiap berita pilihan:

  1. Bisnis Waralaba Kembali Bersemi Setelah Dihantam Pandemi

Geliat bisnis waralaba di Indonesia mulai berangsur pulih jelang akhir tahun, kendati masih jauh di bawah capaian sebelum pandemi Covid-19.

Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) melaporkan sekitar 25 persen usaha dengan model bisnis waralaba (franchise) mulai pulih ke kondisi sebelum pandemi setelah sekitar 90 persen usaha terdampak Covid-19.

Ketua Wali Tri Rahardjo menjelaskan selama 2020 hanya 10 persen dari total waralaba yang beroperasi di Indonesia yang mampu bertahan. Sebagian besar berasal dari sektor usaha kebutuhan pokok seperti waralaba minimarket, jasa isi ulang air minum, apotek, dan toko perlengkapan binatang peliharaan (pet shop).

  1. Ekspansi Manufaktur RI Mulai Mengendur Jelang Akhir 2021

Kinerja industri manufaktur Indonesia pada November 2021 tercatat masih bertahan di zona ekspansif kendati mengalami penurunan dari bulan sebelumnya. Hal itu menggambarkan kondisi sektor riil relatif membaik selama 3 bulan berturut-turut.

Berdasarkan laporan IHS Markit Purchasing Managers' Index (PMI), kinerja manufaktur Indonesia mencapai angka 53,9 pada November 2021, turun dari bulan sebelumnya 57,2.  PMI di atas level 50 menunjukkan adanya ekspansi di mayoritas sektor industri.

IHS Markit juga menyebut pemulihan dari gelombang Covid-19 Delta terus berlanjut pada November, seiring dengan ekspansi manufaktur selama tiga bulan berturut-turut. Pertumbuhan permintaan dan produksi menurun dari tingkat rekor pada Oktober, tetapi bertahan pada laju terkuat.

  1. Batu Bara Masih Dibutuhkan, Jangan Gegabah soal Transisi Energi

Pelaku tambang batu bara berharap agar pemerintah tetap memperhatikan kelangsungan tambang emas hitam itu dengan mempertimbangkan kepastian investasi dan keekonomiannya.

Berbeda dengan negara lain, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) meyakini batu bara masih dibutuhkan di Indonesia sebagai sumber energi sekaligus sumber daya alam yang dapat menjadi sumber pendapatan negara.

Sekretaris Jenderal APBI Haryanto Damanik mengatakan bahwa sektor batu bara menjadi perhatian dunia seusai penyelenggaraan COP26 di Glasgow, Skotlandia, beberapa waktu lalu. Isu menghapus pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara bahkan ikut mencuat.

APBI khawatir pemerintah tidak mampu mencari pengganti batu bara sebagai sumber energi baru karena komoditas itu merupakan bahan bakar paling murah dibandingkan dengan lainnya.

Sejumlah kapal tongkang pengangkut batubara melakukan bongkar muatan di perairan Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, Senin (19/7/2021)./Antara

  1. Pembatasan Mal, Haruskah 'Dipukul Rata' Secara Nasional?

Pembatasan operasional pusat perbelanjaan jelang periode Natal dan Tahun Baru dinilai lebih baik jika dilakukan di daerah-daerah dengan tingkat vaksinasi Covid-19 yang masih rendah serta kasus positif di atas 5 persen.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengatakan kinerja penjualan ritel modern pada kuartal IV/2021 berpeluang naik 25 sampai 30 persen dibandingkan dengan kuartal III/2021.

Masyarakat (PPKM) Level 1 dan 2, Roy mengatakan penjualan ritel terus mengalami perbaikan.

Sayangnya, target tersebut berisiko terganggu jika pembatasan aktivitas selama Desember 2021 diberlakukan secara nasional. Perusahaan pengelola mal tidak memungkiri jika penyesuaian tingkat keterisian mal menjadi 50 persen yang mulai diterapkan bakal berpengaruh pada tenant penyewa pusat belanja.

  1. PALM dan ERAA Ubah Arah Bisnis Jelang Tutup Tahun 

Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir dua tahun memaksa banyak perusahaan melaksanakan transformasi bisnis. Hal itu harus dilakukan untuk bertahan di bawah tekanan krisis kesehatan yang berdampak pada ekonomi.

Dalam mode bertahan, sejumlah perusahaan mulai mengembangkan bisnis di luar segmentasi utama. Ada pula yang ganti haluan dan keluar dari bisnis utamanya. 

Seperti PT Provident Agro Tbk. (PALM) yang bersiap berpindah haluan dari kegiatan usaha di sektor perkebunan sawit menjadi perusahaan investasi. Emiten Grup Saratoga itu pun telah menjual 100 persen saham anak usahanya, PT Mutiara Agam (MAG).

Pada saat yang sama, PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) terus memperluas cakupan bisnisnya. Melalui anak usahanya, yaitu Erajaya Beauty and Wellness (EBW),  perseroan membentuk perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk membangun bisnis apotek.

Selamat membaca!


Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Konten Premium Masuk / Daftar

Adblock test (Why?)



"bisnis" - Google Berita
December 02, 2021 at 12:57PM
https://ift.tt/3xLgz8o

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Perlambatan Ekspansi Manufaktur hingga Pindah Jalur Bisnis Emiten - Bisnis.com
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/2ZX4j67
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Top 5 News Bisnisindonesia.id: Perlambatan Ekspansi Manufaktur hingga Pindah Jalur Bisnis Emiten - Bisnis.com"

Post a Comment

Powered by Blogger.