SEMPAT mengalami lesu karena sepinya pemesanan, membuat pelaku usaha konveksi mencari cara agar tidak merugi. Salah satunya dengan mengikuti desain kaos bertemakan kampanye pencegahan Covid-19. Selain dari sisi bisnis, mereka ikut kampanyekan pencegahan Covid-19
Seperti yang dilakukan oleh Pompie Yulius, 37, perajin kaos dan sablon di Desa Jarum, Kecamatan Bayat. Pada awalnya dia hanya memproduksi kaos komunitas dengan desain tertentu saja. Tetapi kini seluruh kaosnya bertemakan kampanye penceghan Covid-19 sesuai dengan pesanan.
“Memang mulai terkena dampaknya sejak awal April karena tidak ada pemesanan yang masuk. Sekitar 10 hari itu benar-benar tidak ada pemasukan sama sekali. Padahal jelang Ramadhan biasanya sudah ada permintaan pembuatan kaos,” jelas Pompie.
Kondisi sepinya pemesanan kaos yang datang kepadanya membuat dia mengupayakan berbagai cara agar bisa bertahan. Dia tidak ingin merumahkan enam karyawannya yang selama ini membantunya di bagian produksi. Hingga akhirnya, untuk mengisi kekosongan itu dia beralih memproduksi masker.
Pompie memiliki 10 mesin jahit yang dioptimalkan untuk membuat masker. Tetapi dia memilih tidak mengambil untung karena masker yang diproduksi itu merupakan pesanan untuk donasi. Selain itu, dia memanfaatkan waktu tersebut untuk mengajukan proposal untuk menawarkan pembuatan kaos kampanye Covid-19.
“Dari penawaran proposal saya itu ternyata banyak yang tertarik. Ketika desain kaosnya bertemakan kampanye pencegahan Covid-19. Perlahan-lahan pemesanan kaos di tempat usaha saya menjadi normal kembali, bahkan meningkat,” jelasnya.
Dia menyadari mengubah desain sablon bertemakan kampanye pencegahan Covid-19 menjadi laris manis. Dari kondisi normal yang bisanya setiap orderan hanya 24 kaos hingga 36 kaos kini menjadi 100 kaos hingga 200 kaos. Tentu dengan harga yang masih terjangkau, mulai dari Rp 55 ribu - Rp 60 ribu per kaos, tergantung desain.
Pompie memprediksi bila desain kaos bertemakan kampanye pencegahan Covid-19 hingga Lebaran saja. Karena itu, dia telah menyiapkan strategi agar usaha kaos dan sablonnya tetap bertahan di tengah pandemi korona. Terutama saat pascalebaran nanti agar bisa tetap produksi.
“Sebenarnya juga ada permintaan untuk baju alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis untuk penanganan Covid-19. Tapi saya tidak tahu standarisasi hazmat yang aman untuk petugas medis. Makanya sementara saya tidak layani,” ucap Pompie.
Inovasi lain dia melirik peluang lain dengan memproduksi wedang uwuh yang dikerjakan oleh istrinya, Suparmi, 37. Minuman ini terdiri dari sejumlah bahan rempah-rempah seperti jahe, gula batu, secang, batang cengkih hingga daun pala.
“Produksi wedang uwuh ini sudah sekitar satu bulan berjalan. Hingga saat ini sudah bisa memasarkan 5.000 bungkus. Tapi kami jual per paket. Setiap paketnya terdiri 10 bungkus dengan harga Rp 20 ribu,” ujarnya.
Pemasaran wedang uwuh yang diproduksinya itu sudah sampai Lombok, Bekasi, Karawang, Semarang, Tangerang Blora hingga Kupang. Diakui untuk permintaan minuman herbal itu untuk saat ini sedang mengalami peningkatan. (ren/bun)
"bisnis" - Google Berita
May 25, 2020 at 12:05PM
https://ift.tt/3efuyIx
Pengusaha Ubah Strategi Bisnis, Ikuti Tren Pasar - Jawa Pos
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/2ZX4j67
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pengusaha Ubah Strategi Bisnis, Ikuti Tren Pasar - Jawa Pos"
Post a Comment