JAKARTA – Pandemi mengubah kebiasaan semua orang di dunia, terutama para pekerja kerah putih. Bekerja dari rumah (work from home) yang awalnya tidak lazim dan sulit dimaklumi, kini menjadi sesuatu yang lumrah.
Sejak WFH diterapkan, para pekerja kantor akhirnya terbebaskan dari kemacetan yang meletihkan dari perjalanan pulang-pergi ke kantor. Mereka kini bekerja dari meja makan, sofa, bahkan tempat tidur.
Kebiasaan ini kemudian disebut dengan istilah new normal atau normal yang baru. Sejumlah perusahaan internasional mulai bersiap untuk beradaptasi dengan gaya hidup darurat ini. Twitter menjadi perusahaan pertama yang menerapkan kebijakan WFH sejak kemunculan wabah virus corona di Amerika Serikat.
Kini Twitter mengizinkan karyawan untuk WFH secara permanen, bahkan setelah kewajiban isolasi pandemi virus corona berlalu. Dilansir dari Buzzfeed News, CEO Twitter Jack Dorsey mengumumkan kepada karyawannya pada Selasa (12/5) waktu setempat bahwa perusahaan mengizinkan WFH permanen.
Dorsey juga menuliskan bahwa Twitter tidak akan membuka kantornya sebelum September 2020 dan membatalkan seluruh jadwal perjalanan bisnis hingga tenggat waktu itu. Menyusul Twitter, perusahaan yang juga dijalankan oleh CEO Jack Dorsey dan merupakan perusahaan jasa keuangan di AS, yakni Square, mengizinkan karyawannya bekerja dari rumah secara permanen.
“Kami ingin karyawan dapat bekerja di tempat yang menurut mereka paling kreatif dan produktif,” kata juru bicara perusahaan kepada The Verge, (18/5).
Facebook bahkan berencana akan lebih banyak merekrut karyawan jarak jauh untuk area di mana tidak ada kantor platform ini. Sementara itu, perusahaan mengizinkan para karyawan yang sekarang aktif, untuk WFH selamanya jika mereka mau.
Chief Executive Officer Mark Zuckerberg mengatakan, rencana perekrutan karyawan jarak jauh dalam jumlah besar ini akan segera dimulai. Khususnya untuk perekrutan karyawan dengan skill engineering. Berdasarkan survei internal karyawan, dia percaya, pekerja jarak jauh bisa menutupi 50% angkatan kerja di Facebook selama 10 tahun ke depan.
Perusahaan e-commerce Kanada, Shopify mengatakan, pada minggu lalu, perusahaan mengizinkan 5.000 stafnya untuk WFH tanpa batas waktu. Ini adalah tren yang secara drastis dapat mengubah Silicon Valley dan San Francisco Bay Area, yang selama puluhan tahun menjadi kiblat bagi pekerjaan teknologi bergaji tinggi.
Banyak perusahaan paling bernilai di dunia, termasuk Facebook, Apple Inc. dan Google Alphabet Inc. berkantor pusat di wilayah selatan San Francisco tersebut. Ini alasan yang menjadikan daerah sekitarnya, menjadi salah satu daerah terkaya dan termahal di dunia.
Sementara di Indonesia, beberapa perusahaan tengah mengkaji kemungkinan kembali ke kantor, namun dengan pembatasan. Seperti misalnya, masuk bergilir (sif) agar ketentuan physical distancing terpenuhi atau menjadikan kantor hanya sebagai tempat meeting, namun pekerjaan lain dilakukan dari rumah. Ini pasti berpengaruh ke bisnis ruang perkantoran.
Bisnis Ruang Perkantoran
Direktur Ciputra Development (CTRA) Tulus Santoso mengemukakan, dari sisi prospek dan kebutuhan, ruang perkantoran sudah lesu sejak tiga tahun terakhir karena oversupply. Kondisi tersebut diperparah pandemi covid-19.
“Permintaan ruang perkantoran kemungkinan akan melambat seiring dengan maraknya WFH. Namun untuk perusahaan besar mestinya masih membutuhkan space. Apalagi kalau ekonomi tumbuh,” ujarnya kepada Validnews, Rabu (20/5).
Senior Director Office Services Colliers Bagus Adikusumo mengatakan senada. Secara umum perkantoran sudah oversupply. Sementara, permintaan sangat rendah sehingga harga sewa juga sudah tertekan, kemudian tingkat hunian juga semakin tertekan untuk turun terus.
"Sekarang ini tingkat hunian (occupancy rate) Central Business District (CBD) kuartal I/2020 di 80%–83%. Tapi nanti perkiraan kita akan tertekan untuk turun terus okupansinya karena supply-nya banyak," ungkapnya kepada Validnews, Jumat (22/5).
Lukas Bong, Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) menjelaskan soal proyeksi ini. Dia mengatakan, jika dibandingkan dengan bisnis perumahan atau residential, memang segmen perkantoran komersial menerima pukulan lebih keras. Penurunan permintaan telah terlihat sejak April–Mei 2020. Ada 40% permintaan merosot. Pihaknya mengakui bahwa kondisi bisnis sepanjang tahun ini memang sangat menantang.
Pada kesempatan terpisah, Konsultan Properti Savills Indonesia Anton Sitorus mengungkapkan tingkat hunian pada 2–3 tahun terakhir berada di kisaran 70%–75% dari yang sebelumnya di kisaran sekitar 80%. Dengan melihat tren seperti sekarang ini, Anton memprediksi, okupansi kemungkinan akan terus mengarah ke level 70% ke bawah atau mendekati 70%.
"Mungkin beberapa grade kayak grade A terutama yang cakupannya cukup banyak mungkin dia okupansinya akan turun lebih besar, bisa jadi dibawah 70%," katanya kepada Validnews, Sabtu (23/5).
Ia mengatakan, dengan situasi pandemi, kantor yang dapat beroperasi hanyalah industri yang produksinya esensial bagi kebutuhan dasar masyarakat. Dalam waktu jangka pendek (short term), ia memprediksi mungkin tidak akan ada kerja normal seperti biasa.
Anton mengungkapkan dalam periode saat ini banyak penyewa dan pemilik gedung yang melakukan negosiasi supaya bisa sama-sama bertahan. "Lalu juga persyaratan akan meningkat dari aspek kesehatan dan keamanan akan semakin ketat," jelasnya.
Sementara untuk coworking space, dia mengungkapkan, banyak ditemukan kasus pemain besar yang kolaps. Beberapa perusahan rintisan besar skala global, lanjutnya, terlihat sedikit goyah karena salah perhitungan bisnis, dan diperparah dampak pandemi. Karenanya, dia tidak dapat memastikan apakah tren coworking space masih dapat terus ke depannya.
Berbeda dengan Anton, Lukas optimis bahwa coworking space akan bangkit lagi. Sebab ia melihat permintaan lebih mengarah pada jenis fasilitas itu. Banyak perusahaan konvensional yang dulu menyewa kantor berukuran luas kini mulai mempekerjakan karyawan dari rumah.
Ciputra Development menganggap coworking space bisa menjadi solusi yang tepat untuk usaha kecil menengah karena faktor fleksibilitas. Namun seiring perkembangan usaha, kebutuhan akan fixed space juga makin meningkat. Sementara, Bagus mengatakan, saat ini para penyewa coworking space company sedang mengevaluasi bisnisnya. Ada juga yang akan ditutup, melihat prioritasnya.
"Akhirnya tempat/center yang akan bertahan cuma yang menjanjikan lokasinya dan lain sebagainya. Jadi saya pikir mereka sedang mengevaluasi bisnis modelnya untuk bisa bertahan," ujarnya.
Nasib Gedung di Ibu Kota
Tulus memprediksikan, permintaan dan harga penjualan ruang kantor diprediksi masih akan stagnan pada dua hingga tiga tahun mendatang. Karena ini, pihaknya lebih memilih untuk menahan proyek pengembangan ruang perkantoran dalam dua tahun ke depan. Kini, untuk harga sewa kantor, pihaknya membanderol harga mulai dari Rp200.000-an sampai Rp300.000-an per m2 tergantung lokasinya.
Menilik laporan kinerja kuartal I/2020, produk perkantoran menyumbang sekitar 4% pada total pendapatan. Porsi utama pendapatan mayoritas masih ditempati prapenjualan produk rumah tapak (landed house). Penjualan apartemen menempati porsi 2% ke total raihan pendapatan.
Adapun proyek yang mendorong prapenjualan CTRA sebagian besar berasal dari proyek di Jakarta, Surabaya, Tangerang, Medan, dan Bogor berupa Citra Sentul Raya. Pada kuartal I/2020, CTRA membukukan Rp1,1 triliun atau tumbuh 2%, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, sepanjang 2019, CTRA meraih prapenjualan sebesar Rp6,1 triliun. Tahun ini, CTRA juga telah menyiapkan belanja modal Rp1,5 triliun.
"Tahun ini belum ada rencana revisi target. Target prapenjualan tahun ini bisa tercapai sepenuhnya," kata dia.
Sementara itu, Colliers International Indonesia melihat 2021 banyak lagi supply baru masuk. Colliers menghitung di CBD saja, sudah oversupply, tambah lagi akan ada 400.000 di 2021.
"Permintaan pada 2020 sudah berat sudah pasti ya kan, ada pandemi, mungkin 2021 sudah mulai normal biasalah, new normal dalam arti kata perkantoran tetap jalan tapi bisa berjalan seperti biasanya," ujar Bagus.
Sementara itu, kata dia, permintaan akan naik terus nantinya setelah covid-19 mulai menghilang, bisnis sudah menggeliat lagi, dan ekonomi naik lagi. Dia optimistis pada 2021 permintaan kantor akan meningkat terus sesuai dengan GDP growth. Bagus memperkirakan, pada 2024 akan terjadi equilibrium baru. Suplai akan berhenti pada 2021, tapi akan terus naik pada 2022–2025, dan akan menemukan keseimbangan pada akhirnya.
Namun, untuk akhir 2020, permintaan baru akan berhenti. Artinya, perusahaan yang hendak teken kontrak sewa atau pindah sebelum pandemi covid-19 terjadi, secara umum bakal tertunda paling cepat tiga bulan dan paling lama sembilan bulan. Biasanya perusahaan yang tekena imbas pandemi cukup telak, akan menunda rencananya untuk pindah.
Bagi bisnis yang tidak terkena berat dampaknya atau mereka tetap melanjutkan berkontrak. Sementara itu new normal pada kuartal III sudah mulai berjalan. Menurutnya, pada 2021 akan banyak sekali perusahaan yang mengambil keuntungan dari posisi tenant market.
Di mata Bagus, meski tahun ini bisnis masih berat karena tingkat okupansi menurun dan tingkat sewa juga terkoreksi, kondisi ini belum parah seperti krisis 1998. Dia mengingat, tingkat rental benar-benar anjlok sampai di bawah Rp100.000 rata-rata.
"Tahun 1998, 1999, dan 2000 saya ada deal harga segitu, parah waktu itu, bisa sampai Rp60.000–Rp80.000 termasuk service charges," ungkap Bagus.
Berbagai Terobosan
Meski beberapa tahun belakangan mengalami kelesuan, Anton percaya bahwa ruang kerja masih akan tetap ada selama perusahaan membutuhkannya. Yang menentukan adalah strategi pemilik gedung.
Ia menilai bahwa banyak terobosan yang harus dilakukan dalam bisnis perkantoran ini. Salah satunya pemilik gedung harus lebih memperhatikan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan gedung, namun tetap menawarkan harga sewa yang tidak besar.
Dalam kondisi ekonomi dan bisnis yang sedang tidak pasti, terlebih pada masa pandemi ini, Anton menyarankan agar pemilik gedung melakukan penanganan secara kreatif. Maksudnya, bagaimana membuat supaya penyewa tidak berhenti menyewa dengan kondisi sulit seperti sekarang ini.
Dia juga menilai pentingnya intervensi pemerintah sebagai pihak otoritas untuk mengatur kebijakan ini. Ia mencontohkan, Pemerintah Singapura mengeluarkan peraturan bagaimana baiknya pemilik gedung memberikan insentif buat penyewa dan bagaimana aturannya dalam negosiasi itu. Di Singapura, ada juga alokasi dana kepada mal atau toko yang meminta diskon atau pengurangan sewa (insentif harga sewa).
Namun, ia mengakui sulit kita berkaca ke Singapura. Jumlah penduduk saja sudah tak sama.
Tak berbeda jauh, Lukas Bong menyarankan agar pemilik gedung memberikan kelonggaran pembayaran sewa atau diskon kepada pihak penyewa. Sementara untuk penyewa, dapat mengajukan relaksasi kepada pihak bank atau pemilik gedung.
Pada saat sama, developer harus tetap sabar menghadapi kondisi saat ini dan juga mengantisipasi ketidakjelasan selesainya pandemi dengan tetap bergerak atau produktif. Hal ini karena developer tidak bisa menggantungkan dari pihak luar.
Adapun kenyataan saat ini, Bagus melihat ada inovasi. Ada juga pemilik gedung (landlord) yang mulai memberi rental diskon 10%–50%, sedangkan charges-nya tetap bayar full 100%. Yang jadi prioritas, adalah tenant tidak hengkang. (Fitriana Monica Sari, Rheza Alfian, Yoseph Krishna)
"bisnis" - Google Berita
May 26, 2020 at 08:00PM
https://ift.tt/2ZCKxwh
Strategi Bisnis Perkantoran Menjaga OkupansiValidnews.id - Validnews
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/2ZX4j67
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Strategi Bisnis Perkantoran Menjaga OkupansiValidnews.id - Validnews"
Post a Comment