Nasib baik akan datang bagi setiap orang yang bersungguh-sungguh berjuang. Itu juga yang dilakukan Sakdullah, mantan tukang parkir yang kini sukses menggeluti usaha kerajinan kaligrafi di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Dia mengaku sebenarnya tidak ingin menjadi tukang parkir, cuma tuntutan ekonomi hingga tidak adanya ijazah untuk mencari pekerjaan tetap, membuat menjalani pekerjaan itu agar kebutuhan hidup terpenuhi.
"Di tahun 86 saya cuma tukang parkir, kurang lebih ada 10 tahun saya jadi tukang parkir. Waktu itu masih senang main-main, belum kepikiran buat membangun bisnis ini," ujar Sakdullah kepada detikcom beberapa waktu lalu saat Jelajah UMKM.
Setelah lama jadi tukang parkir dan tidak adanya perubahan, Sakdullah pun memutuskan untuk mencari ide pekerjaan lain. Hal itu ia niatkan agar hidupnya bisa lebih baik. Pada 2002, dari keisengannya akhirnya ia mencoba merintis usaha kecil-kecilan kaligrafi.
"Masalah kaligrafi itu memang saya sendiri tidak terlalu condong ke kaligrafi, dulunya kan anak muda, seringkali nongkrong, terus ada inspirasi,seakan-akan ada yang memberi pengarahan buat tulis (kaligrafi), akhirnya saya buat bismillah kemudian syahadat," terangnya.
Sejak 2002 itu ia rajin membuat kaligrafi Bismillah dan Syahadat hingga mendapat pembinaan dari dinas setempat untuk terus menggeluti kerajinan tersebut. Setiap ada acara keagamaan di Demak, ia turut hadir menunjukkan hasil kerajinannya. Ia juga pasarkan dekat makam yang jadi ikon wisata religi Demak.
"Saya (coba pasarkan) beberapa kaligrafi saya ke pariwisata di makam-makam, terutama di sunan wali songo itu. Ternyata dari kaligrafi Bismillah itu pemasukannya lumayan, jadi tiap orang datang (ziarah) liat souvenir itu terus beli," ungkapnya.
![]() |
Berselang dua tahun usahanya makin berkembang, peminatnya datang tidak lagi mayoritas Demak, tapi ke Jawa Barat. Ia pun menambah desain lain dalam usaha kaligrafi ini, seperti gambar Masjid Agung Demak, Madinah, Kabah yang disablonnya hingga berbagai tulisan arab lainnya seperti Ayat Kursi hingga Yasin.
"Kemudian 2007, saya bisa menembus pasar Jawa terutama Sumatera. Karena kebetulan dari orang Pati saya punya kenalan, akhirnya dibawa sama dia, alhamdulillah barang saya dari kaligrafi Bismillah itu di sana laku juga," jelasnya.
Diketahui, dalam menggeluti dan meningkatkan usahanya ini ia meminjam permodalan dari bank. Modal puluhan juta ia gunakan untuk membeli berbagai peralatan produksi seperti bingkai, triplek, plastik pewarna, paku, biaya menambah pekerja dan lainnya..
Usahanya pun kini berkembang, ia sudah memiliki tenaga pemasar di berbagai daerah, seperti Tasikmalaya, Jawa Barat, Sumatera, Madura, Bima hingga Kalimantan. Ini pula yang jadi strategi dalam usahanya, ia hanya menggunakan tenaga pemasar warga lokal yang dipercayai di daerah untuk memasarkan hasil kaligrafi yang dia kirim dari Demak, untuk kemudian di jual dari kampung ke kampung.
"Untuk pemasaran saya punya orang sendiri, jadi sistem daripada orang saya freelance, jadi ada tenaga pemasar gitu. Misal di Madura, kita punya rombongan 2 orang buat pasarkan kaligrafi, kalau habis kita tambah. Di Bima ada 3 orang kita kirim kaligrafi, habis kita tambah," ungkapnya.
Hal itu pun diakuinya bukan tanpa resiko, pernah kejadian keuntungan hasil penjualan dari kaligrafi itu dibawa lari oleh salah satu tenaga pemasar di daerah tersebut. Namun, Sakdullah menganggap wajar setiap tindakan 1 pekerja di antara 10 lainnya, pasti tidak akan ada yang sempurna.
![]() |
"Kita spekulasi yang namanya orang 10 jelek 1 nggak apa-apa. Karena saya sendiri gak bisa masuk ke luar jawa, kalau bukan karena orang-orang tersebut, gak mungkin melayani tiap kota, karena saya sendiri nggak bakal mampu berjalan sendiri," jelasnya.
Sebagai informasi, di masa kini usaha Sakdullah yang bernama UD. Adhi Taslim, yang berlokasi Kampung Tembiring Bintaro Demak, memiliki omzet yang fantastis. Dia pun sudah punya pekerja sendiri, yang melingkupi bagian keuangan, pemesanan hingga mandor.
"Kini saya bagi-bagi pekerjaan saya hanya mengurusi pembukuan, anak buah dan mandor dan staf nya udah berpisah sendiri, yang mengurusi tenaga sudah ada, keuangan sudah ada, yang ngurusin pesanan masuk sudah ada," terangnya.
"Dulu memang saya mencakup semuanya, dari mendesain menggambar, keuangan maupun pemasaran dan pengiriman. Gak kuat aku, jadi sampai sekarang. Jadi saya modal kepercayaanlah, yang penting enak. Sekarang tinggal mantau saja, pemasukan dan permintaan tinggal lihat saja," jelasnya.
Diketahui, untuk produksinya, rata rata perusahaan Sakdulla membuat minimal hingga 200-300 pcs Kaligrafi dengan ukuran bervariasi. Jika permintaan pasar lebih banyak, ia bisa memproduksi lebih dari itu. Adapun, harga yang dipatok dari perusahaannya mulai dari Rp 40 ribu hingga Rp 500 ribu dengan ukuran 40x60cm hingga 120x60cm. Meski tidak menyebut secara rinci, omzet yang didapatnya cukup menggiurkan.
"Perhitungan saya setiap minggu, harus maksimal Rp 100 juta, hitungan saya gitu, dalam 1 minggu. Kalau tidak ada 100 itu tombok, jadi biar ada kesimbangan. Jadi ada catatan sedikit keluar, ada catatan masuk wajar, jadi ditutup yang akan datang gitu terus," pungkasnya.
Sebagai informasi, Sakdullah mendapat pinjaman permodalan dari Bank BRI. Kisah dari usaha Kaligrafi Sakdullah ini menjadi satu dari kumpulan kisah dalam program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia. Program Jelajah UMKM mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap kunjungi detik.com/tag/jelajahumkmbri
Lihat juga video 'Buat Kaligrafi dengan Laser, Pengusaha Ini Banjir Pesanan':
"bisnis" - Google Berita
March 18, 2021 at 03:07PM
https://ift.tt/3tDIynn
Kisah Mantan Tukang Parkir Banting Setir Bisnis Kaligrafi - detikFinance
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/2ZX4j67
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Mantan Tukang Parkir Banting Setir Bisnis Kaligrafi - detikFinance"
Post a Comment