Berita seorang pedagang tanaman hias yang membarter empat jenis tanaman dengan mobil Toyota Avanza tahun 2010 tetap menarik untuk dibicarakan. Dan memang, berita ini sudah jadi buah bibir masyarakat. Tak hanya di Kediri yang jadi tempat transaksi itu. Tapi juga di seantero negeri. Karena berita ini memang sempat viral di dunia maya.
Fenomena barter mobil dengan tanaman itu bisa disikapi dari beberapa sudut pandang. Terlepas dari pandangan miring bahwa hal itu hanya sekadar setingan untuk menaikkan popularitas sang tanaman, tetap saja banyak hal yang menarik. Salah satunya adalah bisnis yang dilandasi dari hobi kadang memang bergerak tak masuk di akal. Seorang kolektor bisa saja memburu tanaman kesukaannya di manapun dan berapapun harganya. Asal sesuai dengan selera hatinya.
Di mata kolektor, atau penyuka, sesuatu tak harus didasarkan pada logika. Karena mereka lebih menyandarkan pada kepuasan diri. Benda yang di mata orang lain tak berharga, bisa bermakna sebaliknya bagi dia.
Dalam kasus barter bunga ini, tentu kita harus kritis. Sekitar satu dekade silam ada fenomena yang tak kalah hebohnya dengan saat ini. Ketika tanaman hias jenis anthurium menggila. Semua orang berburu. Berita tentang seseorang yang berani membeli tanaman itu dengan harga fantastis pun terus mengemuka.
Setelah itu anthurium langsung surut. Meskipun saat ini jenis tanaman ini masih beredar di pasaran tapi harganya tak lagi sefantastis jenis lain seperti aglaonema ataupun phillodendrum, seperti yang jadi objek barter Avanza itu.
Kita harus ingat bahwa ada teori yang bisa menjelaskan fenomena itu dari sisi bisnis. Teori itu adalah monkey business. Bisnis monyet. Perilaku bisnis yang dianalogikan dengan saudagar di satu desa di tengah hutan yang menawarkan diri mau membeli kera yang dijual warga desa. Penawaran itu terus meningkat harganya hingga semua monyet terbeli. Ketika monyet sudah tidak ada lagi, harga yang ditawarkan kian melangit. Membuat warga desa tergiur. Singkat cerita, kini balik warga desa yang berlomba membeli kera yang sebelumnya mereka jual ke saudagar. Tentu dengan harga yang lebih mahal dibanding waktu dia membeli. Akhir cerita, warga desa pun tertipu karena ketika semua kera milik saudagar dibeli mereka, sang saudagar pergi entah ke mana. Menghilang selamanya.
Penyodoran teori monkey business itu bukan berarti menuding pelaku barter tanaman dan mobil melakukan seperti itu. Namun, lebih pada menekankan pada khalayak bahwa semua kejadian harus dikritisi lebih lanjut. Artinya, hendaknya masyarakat tidak terjebak pada euforia sesaat, kemudian terjebak seperti halnya para warga desa di teori tersebut. (*)
"bisnis" - Google Berita
November 22, 2020 at 05:28PM
https://ift.tt/2IXU2jl
Hobi, Bisnis, dan Monkey Business - Jawa Pos
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/2ZX4j67
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Hobi, Bisnis, dan Monkey Business - Jawa Pos"
Post a Comment