Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan pemeringkat global, Moody's Investor Service (Moody's) memprediksi business travel alias perjalanan bisnis akan menghadapi sejumlah ancaman pasca-pandemi Covid-19 mereda.
Dalam sebuah riset baru-baru ini, Moody's memprediksi, prospek pemulihan perjalanan bisnis dengan transportasi udara sangat tidak pasti. Selain itu, Moody's berpendapat, sejumlah perjalanan yang tidak terlalu penting mungkin tidak akan pernah pulih sepenuhnya.
Menurut Moody's ada beberapa tekanan yang dapat memengaruhi perjalanan bisnis, yakni peningkatan teknologi, pengurangan biaya perusahaan, dan masalah lingkungan.
Dalam estimasi lembaga yang berdiri sejak 1909 ini, sekitar 10% -30% perjalanan bisnis dapat diganti dengan alternatif lain, seperti rapat atau meeting virtual.
Akibatnya, perjalanan bisnis kemungkinan tidak akan kembali ke level yang pernah dicapai pada 2019 paling cepat sebelum 2024.
"Perkiraan kami untuk faktor penumpang maskapai global dalam kelambatan dalam pemulihan perjalanan bisnis. Pemulihan maskapai dari pandemi akan terjadi di berbagai tahap, dengan tahap pertama yang kritis untuk mencapai arus kas impas [break-even cash flows], dan kewajiban perusahaan untuk memperhatikan karyawan yang membatasi perjalanan bisnis pada tahun 2021," jelas Moody's dalam risetnya, dikutip CNBC Indonesia pada Rabu (24/3/2021).
Pihak Moody's memperkirakan revenue passenger kilometers (RPK) akan tetap sekitar 5% -10 % di bawah level 2019 pada akhir 2023. Dengan catatan, pemulihan perjalanan bisnis diramalkan akan tertinggal ketimbang perjalanan liburan atau leisure travel.
Informasi saja, RPK merupakan satuan dalam industri penerbangan yang menunjukkan jumlah kilometer yang ditempuh oleh penumpang yang membayar. Perhitungannya, total Jumlah Penumpang yang membayar dikalikan total jumlah jarak terbang per kilometer (km).
Selain itu, full-service carrier alias operator layanan penuh akan menghadapi tekanan yang lebih besar akibat pemulihan perjalanan bisnis yang lambat.
Dalam full service carrier, pelayanan oleh maskapai penerbangan diberikan secara maksimum, misalnya pemberian makan dan minum, dan fasilitas ruang tunggu eksekutif (lounge) untuk kelas bisnis (business class) dan kelas utama (first class).
Diperkirakan 12% penumpang global bepergian untuk urusan bisnis, tetapi hal ini sangat bervariasi di setiap maskapai penerbangan. Moody's mencatat, full-service carrier di negara maju memiliki pangsa pelancong bisnis yang lebih besar dibandingkan yang lain.
"Perjalanan bisnis cenderung lebih menguntungkan daripada liburan, tetapi maskapai penerbangan akan beradaptasi untuk mendukung profitabilitas," jelas Moody's.
Lebih lanjut, perjalanan bisnis domestik diprediksi akan kembali lebih cepat, dan lebih menyukai operator di negara-negara besar seperti AS, Brasil, Australia, Rusia, dan China.
Sementara, sektor dengan aktivitas spesifik lokasi yang tinggi seperti manufaktur, real estat, dan konstruksi diramal akan mengalami pemulihan perjalanan bisnis yang lebih kuat.
Dengan demikian, perjalanan bisnis akan pulih lebih cepat di sejumlah negara, seperti China, Jepang, dan Jerman, dan lebih sedikit pulih di Inggris dan Prancis.
Mengenai sejumlah masalah tersebut, maskapai akan mengimbangi efek yang mungkin terjadi dengan mengelola kapasitas, pertumbuhan berkelanjutan dalam perjalanan liburan, dan penghematan alias efisiensi.
"Mereka [Maskapai] juga akan mendapatkan pangsa dari pesaing yang lebih lemah yang telah gagal atau mengurangi jaringan rute mereka selama pandemi. Mereka dapat meningkatkan fokus pada perjalanan liburan, dan struktur harga juga dapat berubah, dengan lebih sedikit tarif ekonomi yang didiskon besar-besaran," pungkas Moody's.
[Gambas:Video CNBC]
(adf/adf)
"bisnis" - Google Berita
March 24, 2021 at 05:10PM
https://ift.tt/3fhzEYq
Market Moody's Sebut Ancaman Bisnis Travel Pasca Covid, Loh Apa? - CNBC Indonesia
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/2ZX4j67
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Market Moody's Sebut Ancaman Bisnis Travel Pasca Covid, Loh Apa? - CNBC Indonesia"
Post a Comment