LONDON – Menteri Keuangan (Menkeu) Inggris Rishi Sunak meluncurkan paket darurat baru sebagai bagian dari langkah-langkah untuk membatasi jumlah pengangguran terkait kris virus corona Covid-19. Skema baru tersebut akan menggantikan skema cuti pemerintah yang akan berakhir pada bulan depan.
Menurut laporan, skema baru yang disebut Bantuan Lapangan Pekerjaan atau Jobs Support Scheme akan secara langsung menambah gaji karyawan yang bekerja dengan jam kerja lebih sedikit, karena permintaan bisnis yang sedang ditekan. Skema ini memungkinkan para pekerja untuk mempertahankan pekerjaan mereka pada jam yang lebih pendek daripada dibuat berlebihan. Skema baru yang dimulai pada November mendatang bakal berlangsung selama enam bulan.
Dalam skema baru, karyawan harus bekerja setidaknya sepertiga dari jam normal mereka dan upahnya dibayarkan sesuai jam kerja itu. Nantinya pemerintah akan menaikkan gaji yang mencakup dua pertiga dari sisa gaji. Skema ini akan menargetkan semua bisnis kecil dan menengah di seluruh Inggris. Perusahaan-perusahaan besar bisa saja memenuhi persyaratan apabila mengalami penurunan omset selama krisis.
“Seperti yang telah saya katakan selama krisis ini, saya tidak dapat menyelamatkan setiap bisnis. Saya tidak bisa menyelamatkan setiap pekerjaan. Tidak ada menteri yang bisa. Tapi yang bisa, dan harus kita lakukan adalah mengatasi masalah nyata yang dihadapi bisnis dan karyawan sekarang,” ujar Sunak di hadapan anggota parlemen saat mengumumkan skema baru pada Kamis (24/9), seperti dikutip dari AFP.
Dia menambahkan, di bawah skema perlindungan pekerjaan baru, para pemilik perusahaan akan membayar sepertiga dari gaji yang diperoleh pekerja dengan pengurangan jam kerja. Pemerintah dan pengusaha akan menambah gaji untuk menutupi sisa gaji yang hilang, guna menjaga ekonomi Inggris tetap hidup dan mempertahankan pekerjaan selama pandemi.
Di sisi lain, upah selama skema cuti pemerintah sebagian besar telah dibayarkan untuk jutaan pekerja.
Sebagai informasi, skema cuti telah mensubsidi 80% upah untuk jutaan pekerja yang cuti akibat pandemi. Tetapi Sunak sempat menegaskan pada Juli bahwa skema itu akan dihentikan karena negara mulai keluar dari langkah-langkah penerapan karantina (lockdown), ketimbang menawarkan program bonus untuk mendorong para karyawan yang cuti untuk kembali bekerja.
Para analis memperingatkan bahwa Inggris tetap menghadapi melonjaknya pengangguran meskipun ada bantuan. Hal itu diesebabkan oleh banyak perusahaan yang tidak mampu mempertahankan staf, bahkan saat jam kerja yang dikurangi.
Kabar skema baru yang disampaikan Sunak muncul pada saat warga Inggris mulai menghadapi langkah-langkah pembatasan baru - termasuk waktu tutup lebih awal untuk operasional pub dan restoran.
Pekan ini, Perdana Menteri konservatif Boris Johnson telah meminta warga Inggris untuk bekerja dari rumah karena negara sedang menghadapi lonjakan kasus virus, yang berdampak pada kerugian layanan pusat kota.
Fakta Kehidupan
“Sekarang sudah jelas, seperti yang dikatakan perdana menteri dan penasihat sainsnya, bahwa setidaknya selama enam bulan ke depan virus dan pembatasan akan menjadi fakta kehidupan kita. Perekonomian kita sekarang seperti mengalami penyesuaian yang lebih permanen,” kata Sunak.
Sedangkan Partai Buruh oposisi Inggris menuduh pemerintah terlalu lambat untuk membantu bisnis dan karyawan yang berjuang dengan krisis virus corona sehingga banyak orang telah kehilangan pekerjaan mereka.
“Kita harus terbuka dan jujur, bahwa penundaan dalam memperkenalkan skema baru ini akan berdampak pada kepercayaan bisnis. Batas waktu untuk konsultasi redundansi oleh perusahaan besar sebelum akhir skema cuti datang dan pergi minggu lalu,” ujar Anneliese Dodds, kepala kebijakan keuangan dari Partai Buruh, kepada parlemen, seperti dikutip Reuters.
Sementara itu, produk domestik bruto (PDB) Inggris dilaporkan menyusut seperlima pada Kuartal II atau lebih banyak dari negara tetangganya di Eropa mana pun. Kontraksi terjadi setelah pemerintah memberlakukan karantina pada 23 Maret, yang menjerumuskan negara itu ke dalam catatan resesi terdalam.
Di kalangan peritel, kelompok usaha perhotelan, dan grup perjalanan sudah terlebih dahulu memangkas puluhan ribu pekerja selama pandemi, walau ada skema bantuan cuti. Sedangkan pasar-pasar swalayan menambah outlet baru untuk memenuhi lonjakan permintaan makanan daring.
Pemerintah Inggris pada Rabu (23/9) mencatat 6.178 kasus virus baru, yang merupakan peningkatan harian tertinggi sejak 1 Mei.
Penasihat medis utama pemerintah telah memperingatkan bahwa negara itu dapat menuju 50.000 kasus virus korona sehari pada pertengahan Oktober, dan sebulan kemudian melewati catatan 200 korban meninggal dunia idak ada yang dilakukan. Tercatat hampir 42.000 orang yang dinyatakan positif Covid-19 telah meninggal di Inggris, dan menjadi jumlah kematian terburuk di Eropa. (afp/sumber lain)
Editor : Happy Amanda Amalia (happy_amanda@investor.co.id)
Sumber : Investor Daily
"bisnis" - Google Berita
September 25, 2020 at 07:34AM
https://ift.tt/3kGxml6
Tidak Semua Bisnis di Inggris akan Selamat - Investor Daily
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/2ZX4j67
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tidak Semua Bisnis di Inggris akan Selamat - Investor Daily"
Post a Comment