Search

Bisnis Pembuatan Mold Tahan Banting, Tetap Eksis di Masa Pandemi - Radar Solo

SOLO – Hampir seluruh sektor bisnis terdampak pandemi Covid-19 pada dua tahun belakangan. Namun, ada satu bisnis yang tetap eksis, yakni pembuatan mold atau cetakan dari logam. Dikenal dengan proses molding.

“Pandemi ini Alhamdulillah tidak berdampak signifikan. Ya sempat ada penurunan pendapatan karena perusahaan yang kami suplai juga sepi produksi. Tapi tidak berlangsung lama. Karena kami punya banyak relasi dan customer loyal,” ungkap owner PT Sinergi Solo Sejahtera Sutarmin kepada Jawa Pos Radar Solo, kemarin (14/3).

Sebagai informasi, bisnis molding memproduksi berbagai cetakan atau mold untuk berbagai produk rumah tangga. Seperti cetakan gagang sapu, cetakan celengan dengan berbagai bentuk, gagang alat pel, dan produk lainnya. Nah, mold yang diproduksi Sutarmin lebih banyak untuk industri manufaktur.

“Kami suplai produk ke beberapa perusahaan. Ada pabrik pembuatan lemari di Surabaya, pabrik sparepart otomotif di Jogjakarta, perusahaan kereta api di Madiun. Di Solo juga ada. Memang strategi kami adalah memperluas networking dan menjaga kepercayaan customer,” bebernya.

Selama pandemi, Sutarmin tidak pernah merumahkan karyawannya. Justru menambah tenaga kerja. Dari yang awalnya hanya dibantu empat pekerja, kini menjadi 12 orang. Maklum, mesin yang digunakan pun bertambah. Butuh banyak orang untuk mengoperasikan. Awalnya, Sutarmin hanya punya satu mesin.

“Sekarang Alhamdulillah bertambah jadi lima mesin. Omzet ikut bertambah. Dari sekitar Rp 150 juta per bulan, naik menjadi Rp 250 juta-Rp 300 juta per bulan. Rencananya menambah mesin lagi,” ujarnya.

Pesatnya bisnis molding Sutarmin terjadi sejak tiga tahun terakhir. Tepatnya ketika dia bergabung menjadi binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA).

Pendampingan yang didapatkan Sutarmin tidak hanya soal permodalan. Tapi juga perluasan akses pasar. Sutarmin mengaku dirinya banyak mengenal komunitas baru yang saling support. Alhasil berimbas pada market yang makin luas.

“Sebelum bergabung dalam pendampingan, customer kami hanya dari lokal. Solo dan sekitarnya. Tapi sekarang saya sudah kirim produk ke luar kota. Bahkan selama pandemi tidak pernah sepi orderan,” kata dia.

Ketua YDBA Sigit P. Kumala mengatakan, ada sebanyak 48 UMKM di Kota Bengawan dan sekitarnya yang menjadi binaan YDBA. Separonya, UMKM di sektor manufaktur. Kemudian 23 persen, di sektor pertanian. Sisanya, di sektor kerajinan. Pendampingam dilakukan sejak 2017. Sekarang UMKM binaan mulai menunjukkan kemandirian.

“Untuk menuju UMKM mandiri, mereka harus memenuhi standar produksi. Baik dari proses, perizinan, sampai marketing. Karena kalau produksi tidak ada yang menyerap pasar akan bermasalah juga. Baru kemudian dari finansial dan sumber daya manusia. Terakhir environment health safety (EHS). Kalau lima pilar itu terpenuhi, baru nanti kami lihat bisnisnya. Yang penting mereka fokus pada QCD, yaitu quality, cost, and delivery,” jelasnya.

Sigit menyebut butuh waktu tidak sebentar agar UMKM menjadi mandiri. Di sektor otomotif, paling lama sekitar 4-5 tahun sampai memenuhi QCD agen pemegang merek, sedangkan di sektor kuliner butuh waktu 2-3 tahun. Namun semua itu tergantung keseriusan UMKM menjalani pendampingan.

“Mendidik UMKM agar mandiri kan intinya ada di kesiapan mental dan disiplin. Konsistensi ikut training agar mereka siap menghadapi kompetisi saat dilepaskan menjadi UMKM mandiri,” pungkas Sigit. (aya/wa/dam)

Adblock test (Why?)



"bisnis" - Google Berita
April 15, 2022 at 10:42AM
https://ift.tt/FIU6YDp

Bisnis Pembuatan Mold Tahan Banting, Tetap Eksis di Masa Pandemi - Radar Solo
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/0A7thns
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bisnis Pembuatan Mold Tahan Banting, Tetap Eksis di Masa Pandemi - Radar Solo"

Post a Comment

Powered by Blogger.