Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pekan terburuknya sejak tahun 2008 hingga anjlok di bawah level 5.000 sepanjang perdagangan 9-13 Maret 2020.
IHSG tak mampu selamat dari penurunan tajam karena hanya menguat dalam 2 dari 5 hari perdagangan pekan lalu. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG anjlok hingga 10,75 persen sepanjang pekan lalu. Ini merupakan kinerja mingguan terburuk sejak Oktober 2008.
Selain itu, perdagangan di BEI juga mengalami penghentian sementara (trading halt) selama 30 menit sebanyak dua kali karena IHSG merosot lebih dari 5 persen.
Penghentian perdagangan sesuai dengan arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta keputusan Direksi BEI perihal perubahan panduan penanganan perdagangan di bursa dalam kondisi darurat. Hal ini dilakukan sebagai upaya mengurangi fluktuasi tajam di pasar modal.
Perdagangan di BEI pertama kali dihentikan pada Kamis (12/3) pukul 15.33 WIB saat IHSG anjlok 5,01 persen. Karena waktu normal perdagangan di bursa hanya sampai pukul 16.00 WIB, posisi saat itu menjadi level penutupan IHSG pada Kamis.
Esoknya, Jumat (13/3), IHSG kembali mengalami trading halt selama 30 menit di awal perdagangan setelah kembali merosot 5,01 persen. Beruntung, IHSG mampu pulih dan ditutup menguat 0,24 persen pada hari itu setelah pemerintah mengumumkan paket stimulus kedua untuk menghadapi dampak ekonomi sebagai imbas penyebaran virus corona (Covid-19).
Volume perdagangan saham sepanjang pekan lalu mencapai 31,65 miliar lembar saham, dengan nilai perdangan mencapai Rp39,11 triliun.
Seiring dengan pelemahan IHSG, nilai kapitalisasi pasar juga anjlok menjadi Rp5.678,28 triliun pekan lalu dari Rp6.356,91 triliun pekan sebelumnya. Adapun rata-rata price to earning ratio (PER) emiten sepanjang pekan lalu mencapai 14,02.
Seluruh 9 sektor pada indeks membukukan kinerja negatif pekan lalu, dengan pelemahan terbesar dialami oleh sektor industri dasar yang anjlok 18,68 persen, disusul sektor pertanian yang melemah 17,45 persen.
Sementara itu, investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) senilai sekitar Rp1,3 triliun sepanjang pekan lalu.
Aksi beli saham tercatat mencapai 6,09 miliar lembar senilai Rp16,733 triliun, sedangkan aksi jual saham oleh investor asing mencapai 6,94 miliar lembar saham dengan nilai Rp18,033 triliun.
Pada perdagangan pekan ini, IHSG diperkirakan bergerak positif. Sejumlah sentimen eksternal dari Amerika Serikat akan membuat investor yakin kembali masuk ke pasar modal.
"Koreksi mungkin akan terjadi di akhir-akhir pekan setelah kenaikan awal pekan. Kami perkirakan support IHSG di level 4.850 sampai 4.639 dan resistance di level 4.937 sampai 5.040," tulis Hans Kwee, Direktur Anugerah Mega Investama dalam riset yang diterima Bisnis, Sabtu (14/3/2020).
Stimulus positif itu yakni rencanan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan Amerika. The Fed juga akan mulai membeli obligasi treasuri di semua tenor, yang dimulai dengan obligasi 30 tahun. Kebijakan ini memberikan sentimen positif pada pasar keuangan Amerika dan dunia.
Meski begitu larangan turis Eropa masuk ke wilayah Amerika Serikat oleh Presiden Donald Trump mengejutkan pelaku pasar. Langkah ini menurunkan risiko penyebaran virus corona namun dipandang menjadi ancaman bagi bisnis dan ekonomi global.
Ada saldo digital sebesar 50 ribu untuk Sobat Bisnis dengan isi di sini!
"bisnis" - Google Berita
March 16, 2020 at 05:15AM
https://ift.tt/3cZJavS
Pekan Lalu, IHSG Alami Kinerja Mingguan Terburuk Sejak 2008 - Bisnis.com
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/2ZX4j67
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pekan Lalu, IHSG Alami Kinerja Mingguan Terburuk Sejak 2008 - Bisnis.com"
Post a Comment