Search

Raup Untung dari Demam K-pop, Bisnis yang Kebal Pandemi - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Ide bisnis bisa datang dari mana saja. Dalam kasus Nuke Mutiari Dewi, ide itu datang dari teman dekatnya yang seorang penggemar grup K-pop.

Sebelas tahun lalu, saat demam K-pop belum melanda dunia seperti sekarang, Nuke sudah menjual album dari grup boyband dan girlband asal Korea Selatan.

Awalnya, ia cuma membantu teman yang minta dicarikan album dari Korea. Maklum, saat itu nyaris tidak ada website Korea yang bisa melakukan pengiriman langsung ke Indonesia.


Berbekal keahliannya mencari informasi di internet, Nuke akhirnya mempelajari cara membeli barang dari Korea. Ia juga memanfaatkan jaringan orang Indonesia di Negeri Ginseng yang mau membantunya mengirimkan barang ke Indonesia.

Berawal dari pesanan sahabat dekat, Nuke mulai dihubungi oleh banyak penggemar K-pop lain yang juga minta dicarikan album. Dari sinilah akhirnya ia mendirikan bisnis K-pop Fanstore yang berbasis di Bandung.

"Mulanya hanya bantu teman, eh keterusan dan jadi bisnis sampai sekarang," ujarnya, saat berbincang dengan CNBC Indonesia. 

Kpop Fanstore (Dok. Kpop Fanstore)Foto: Kpop Fanstore (Dok. Kpop Fanstore)
Kpop Fanstore (Dok. Kpop Fanstore)

Modal Awal Nyaris Nol

Saat memulai bisnis pada 2011, Nuke nyaris tidak mengeluarkan modal sepeser pun. Ia hanya memanfaatkan jaringan internet, yang didapatkan cuma-cuma karena waktu itu dia punya pekerjaan sampingan menjaga warnet. 

Awal 2011 belum eranya matketplace, Nuke hanya memanfaatkan Facebook tiap kali dia buka Pre Order (PO) untuk album K-pop. Pelanggan lalu mempercayakan pembayaran penuh, meski barangnya belum ada. 

Seiring makin banyaknya jumlah penggemar, bisnis Nuke pun makin berkembang. Ia tak cuma menjual CD album, tapi juga merchandise lain seperti photobook, postcard dan light stick.

Dari bisnis ini, Nuke bahkan sudah bolak-balik ke Korea dan bertemu dengan supplier untuk membahas tren di industri K-pop. Sayangnya, pandemi membuat jadwal rutin bertemu dengan supplier terhenti karena pembatasan traveling.

Namun, hambatan ini ternyata tidak berpengaruh pada penjualan. Justru, minat terhadap barang-barang K-pop makin meningkat karena banyak fans baru dari jalur pandemi. 

"Karena banyak fans baru, penjualan jadi naik sampai 50%," kata Nuke yang kini bisa meraih omzet sampai lebih dari Rp100 juta sebulan, terutama saat musim rilis album.

Konsumerisme di kalangan penggemar K-pop berkorelasi erat dengan kolektivisme. Teorinya, semakin banyak album dan merchandise yang dimiliki seorang penggemar, semakin besar cinta mereka pada grup K-pop kesayangan. 

Studi yang dilakukan agregator e-commerce iPrice Group mengungkap bahwa seorang penggemar setia bisa menghabiskan hingga US$1.400 atau sekitar Rp20 juta (kurs Rp14.362/US$) per tahun untuk membeli album, merchandise resmi, dan tiket konser.

Apa yang Paling Diburu Fans K-pop?

Kpop Fanstore (Dok. Kpop Fanstore)Foto: Kpop Fanstore (Dok. Kpop Fanstore)
Kpop Fanstore (Dok. Kpop Fanstore)

Album jawabannya. Nuke bisa menjual lebih dari 100 item album dalam sebulan. Tapi jangan bayangkan isinya cuma album CD karena kebanyakan orang di era digital ini tak punya pemutar CD. 

Kalau Anda membeli album dari grup BTS, misalnya, legenda K-pop tersebut merilis album versi deluxe edition yang isinya terdiri dari CD, poster, photobook, photocard dan stiker. Satu set album itu dibanderol Nuke dengan harga Rp600 ribu. 

"Kalau dulu fans koleksi albumnya, sekarang yang dicari itu justru perintilan lainnya," ungkapnya. 

Yang menarik, menurut Nuke, satu orang penggemar bisa membeli sampai 10 album sekaligus. Ini karena beragam taktik marketing jenius dari agensi K-pop yang bisa membuat seorang fans membeli lebih dari satu album. Salah satu trik marketing itu misalnya memasukkan undian untuk meet and greet atau hadiah photocard dalam satu album.

Misalnya begini, dalam satu album biasanya hanya ada 1-2 photocard saja meski grup K-pop tersebut punya tujuh member. Karena itu, ada fans yang terus membeli album sampai dia mendapat photocard member kesayangannya. 

Fans K-pop memang terkenal sangat loyal. Selain album, mereka membeli light stick, hoodies, alat tulis, kartu pos, sampai magnet untuk mengekspresikan cinta pada sang idola. 

Karena itu, Nuke memprediksi bisnis K-pop ke depan masih akan cerah selama fans masih ada. 

Bersaing dengan Pemain Besar dari Korea

Bukan bisnis kalau tidak ada tantangannya. Meski masa depan bisnis K-pop diprediksi cerah, kompetisi juga semakin ketat, apalagi dengan masuknya pemain asal Korea.

Pasar Indonesia yang besar ternyata mulai menarik pelaku bisnis dari Negeri Ginseng untuk ikut meraup cuan dari demam K-pop di Tanah Air. Jika satu dekade lalu penggemar baru bisa mendapat album lewat sistem PO dari penjual seperti Nuke, sekarang mereka bisa membeli langsung dari orang Korea asli yang punya toko sendiri di marketplace Indonesia.  

Dengan meroketnya popularitas K-pop di luar negeri, saluran distribusi online untuk menyasar penggemar K-pop di seluruh dunia juga berkembang pesat.

Menurut laporan Korea Times, Ktown4u, distributor album dan merchandise K-pop, tak hanya menjual album yang dilengkapi keterangan bahasa Korea dan Inggris saja, tapi juga China, Jepang, Thailand, dan Indonesia untuk para penggemar di luar negeri.

Menurut data Badan Bea Cukai Korea, ekspor CD K-pop selama periode Januari dan November 2021 meningkat 50 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020.


[Gambas:Video CNBC]

(hsy/hsy)

Adblock test (Why?)



"bisnis" - Google Berita
March 24, 2022 at 02:40PM
https://ift.tt/s6I74lm

Raup Untung dari Demam K-pop, Bisnis yang Kebal Pandemi - CNBC Indonesia
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/vOagLoV
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Raup Untung dari Demam K-pop, Bisnis yang Kebal Pandemi - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.