BANGLI, NusaBali
Wabah Covid-19 yang memukul industri pariwisata menyebabkan bisnis pendukung lainnya terimbas.
Dijelaskan produk-produk kopi terkait pariwisata tersebut antara lain tur kopi (tur dan minum kopi di kebun kopi). Demikian juga penjualan untuk hotel, restoran,villa dan lainnya juga menurun. Bahkan ke depan diperkirakan Sukarsana masih akan semakin melemah.
Apalagi pasar di luar daerah seperti Jakarta, Depok, Surabaya dan kota-kota lain yang menjadi tujuan penjualan produk kopi Bali, diberlakukan pembatasan jam buka (toko, outlet dan lainnya). “Banyak langganan sudah mulai tutup paling tidak untuk sementara,” ungkap Sukarsana.
Sebaliknya prospek bisnis hortikultura justru dirasa meningkat. Diduga hal disebabkan peningkatan permintaan dari masyarakat/pasar, menyusul pemberlakuan social distancing. “Masyarakat butuh sayuran dan lainnya lebih cepat,” beber Sukarsana.
Karena itulah kata Sukarsana, bisnis horti dirasakan justru lebih meningkat. “Saya juga optimis,” ujarnya. Sebagai gambaran dia menyebut geliat bisnis hortikultura di kawasan Kintamani. Produk horti mulai dari cabe, bawang, kol, terong, tomat dan lainnya banyak dicari. Harganya juga cukup bagus. Contohnya bawang merah, harganya antara Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu per kilogram. Cabe rawit Rp 55 ribu. Cabe merah Rp 20 ribuan. “Saya juga tambah kembangkan bawang satu hektare,” lanjutnya.
Kondisi bisnis horti ini kata Sukarsana, sedikit membantu pelaku ekonomi kecil di tengah terpaan Covid-19. “Ya kopi lesu, horti cukup membantu,” ujarnya. *k17
"bisnis" - Google Berita
April 04, 2020 at 01:57PM
https://ift.tt/2RcHxln
Bisnis Kopi 'Sakit', Petani Beralih ke Sayuran - NusaBali
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/2ZX4j67
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bisnis Kopi 'Sakit', Petani Beralih ke Sayuran - NusaBali"
Post a Comment