Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis ritel di Singapura tengah kesulitan akibat melonjaknya biaya sewa dan harga energi di negara tersebut.
Presiden Asosiasi Pengecer Singapura, Ernie Koh, mengatakan tekanan biaya menjadi perhatian besar bagi banyak pengecer Singapura yang belum sepenuhnya memberikan kenaikan harga kepada konsumen, dan saat ini mereka merasakan tekanan margin.
Perusahaan utilitas Singapura, SP Group, mengumumkan bahwa tarif listrik akan dinaikkan sekitar 8% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dari Juli hingga September 2022.
"Peningkatan ini terutama disebabkan oleh biaya energi yang lebih tinggi yang didorong oleh kenaikan harga gas dan minyak global yang diperburuk oleh konflik di Ukraina," kata SP Group, melansir CNBC International, Kamis (7/7/2022).
Sementara itu, Kementerian Keuangan Singapura pada Juni mengatakan harga energi kemungkinan akan tetap tinggi selama paruh kedua tahun 2022 dan penduduk harus bersiap menghadapi inflasi agar tetap tinggi sebelum stabil.
Bulan lalu, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Lawrence Wong mengumumkan paket dukungan senilai US$ 1,5 miliar untuk memberikan bantuan segera kepada kelompok rentan dan bisnis lokal yang menghadapi biaya operasional yang lebih tinggi.
Koh mengatakan pemerintah telah proaktif dalam menanggapi lingkungan yang bergejolak dan bersedia membantu pengecer mengelola tagihan listrik dan kenaikan sewa.
Terlepas dari lanskap inflasi saat ini, penjualan ritel di Singapura pada Mei meningkat sebesar 17,8% YoY, dibandingkan dengan kenaikan April sebesar 12,1%, menurut data dari Departemen Statistik, SingStat.
Data SingStat memaparkan, tidak termasuk kendaraan bermotor, penjualan ritel naik 22,6% di Mei, dibandingkan dengan kenaikan 17,4% di bulan sebelumnya. Sementara Penjualan kendaraan bermotor turun 10,2% sejak tahun lalu dan 5,7% dalam basis month-on-month.
Department store yang sangat terpengaruh oleh pembatasan Covid-19 pada tahun 2021 mengalami lonjakan penjualan sebesar 73,1% karena kepercayaan konsumen bangkit kembali. Tetapi supermarket dan hypermarket mengalami penurunan penjualan 10,3% karena ada permintaan yang lebih tinggi untuk bahan makanan pada Mei 2021 ketika penduduk tinggal di rumah, menurut SingStat.
"Tidak terlalu mengejutkan bahwa kami melihat permintaan meningkat secara substansial," kata Brian Tan, ekonom senior di Barclays, menambahkan permintaan belanja yang terpendam justru datang dari wisatawan, bukan dari warga Singapura.
"Semua pariwisata dan perjalanan yang datang kembali jelas membantu meningkatkan konsumsi di Singapura," kata Tan.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Tok! Singapura Resmi Damai dengan Covid, Ini Aturan Barunya
(tfa/luc)
"bisnis" - Google Berita
July 07, 2022 at 08:20PM
https://ift.tt/7wqaEUX
Bisnis Ritel Singapura Mendapat 'Ancaman', Pengusaha Was-was - CNBC Indonesia
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/26NZOnf
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bisnis Ritel Singapura Mendapat 'Ancaman', Pengusaha Was-was - CNBC Indonesia"
Post a Comment