RADARSEMARANG.ID, Era digital semakin memperluas peluang untuk berbisnis. Kaum milenial tak harus fokus ke Youtube saja, tapi memanfaatkan Youtube atau media sosial untuk penguatan bisnis pertanian. Ternyata selain memberikan profit, juga memberdayakan masyarakat.
Sebagaimana yang dilakukan Muhammad Fathul Mujib melalui Kebun Bibit Buah Ku (Bibit Buah dan Tanaman Hias) di Jalan Gebyog Raya, Patemon, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.
FIGUR RONGGO WASSALIM, Radar Semarang
MUHAMMAD Fathul Mujib, 30, merupakan lulusan Universitas Negeri Semarang (Unnes) Pendidikan Bahasa Jepang. Dia tidak serta merta menggeluti dunia agribisnis yang dipasarkan secara digital. Awalnya Fathul hanya hobi bermain website.
“Meski begitu, saat kuliah saya sering berjualan software affiliate, mempromosikan produk digital di JVZoo. Saya mendapat komisi hingga 50 persen,” tuturnya.
Kala itu, Fathul bisa memiliki penghasilan yang lumayan. Pundi-pundi dollar ia kantongi. Namun pada 2014, pasar digital tersebut oleng. Karena beberapa produk kurang terpercaya. Dari persoalan tersebut, Fathul tak mau berpangku tangan. Dia mulai melirik daerah di sekitar Unnes, mencari produk-produk yang bisa saya dijual melalui website.
“Saya lihat banyak yang berjualan bibit tanaman. Tapi pangsa pasarnya kurang pas. Karena di sekitar Unnes lebih banyak bisnis properti. Sangat jarang yang berkebun. Dari situ, saya coba membantu menjualkan secara online melalui website. Ternyata ada beberapa transaksi,” tuturnya.
Nah begitu lulus tahun 2015, Fathul tetap melanjutkan usaha tersebut. Tahun 2016, Fathul mulai mengajak dua orang temannya, yakni Annas dan Tommy untuk beberapa bidang yang ia belum kuasai seperti manajemen keuangan.
“Bisnis kami khusus jualan bibit tanaman buah. Alhamdulillah banyak perkembangannya,” ujarnya.
Karena sudah bisa fokus, Fathul menjual semua bibit tanaman buah. Menariknya, bibit tersebut ia dikembangkan bersama warga sekitar. Mulai dari buah lokal seperti bibit anggur, mangga, alpukat yang paling banyak, kelengkeng, rambutan, dan lain-lain. Selain itu, mereka mengembangkan bibit introduksi seperti Mamey Sapote dari Afrika, Plum dari Australia, Anggur Brazil, Red Pamelo dari Thailand, Kelapa Pandan Wangi dari Thailand, dan masih banyak lagi.
“Kami jual semua. Pemasarannya sampai ke seluruh Indonesia berkat bisnis online ini,” ujarnya.
Akhirnya Fathul mendirikan Bibit Buah Ku. Ia memanfaatkan dua bidang lahan seluas 1 hektare yang terpisah oleh jalan raya. Yakni seluas 2.000 meter persegi untuk pembibitan. Sedangkan untuk perkebunan seluas 8.000 persegi.
“Ini masih ada lagi 4.000 meter persegi di pinggir jalan raya untuk dibuat green house melon. Ini masih proses penanaman kedua,” tuturnya.
Bibit tanaman diperoleh dari perbanyakan sendiri. Tapi 50 persennya melibatkan warga sekitar.
“Yang berminat untuk perbanyakan, kami ajari dan kami beri modal seperti biji, polibag, dan media tanah. Banyak yang bekerja sama dengan kami. Meski begitu, kami juga mengambil dari supplier,” kata pria asal Parakan Temanggung ini.
Diakuinya, bibit alpukat paling laris. Bahkan paling banyak ditanam di sini, karena alpukat merupakan buah super food. Alpukat yang ditanam bisa langsung dikonsumsi dan kandungan gizinya sangat banyak. “Bisa untuk makanan bayi sebagai pengganti ASI. Bahkan orang tua yang stroke juga disarankan mengonsumsi alpukat. Makanya paling banyak dicari,” ujarnya.
Ia berharap masyarakat sekitar lebih sehat dengan buah-buah berkualitas bagus yang ditanam sendiri. Fathul menggarap segmen pasar orang-orang yang hobi berkebun. Meski begitu, Bupati Garut jadi pelanggannya.
“Bupati Garut pernah membeli 3.000 bibit tanaman. Bahkan, satu bulan lalu dari Kementrian Hukum dan HAM memesan Kelapa Pandan Wangi,” ujarnya.
Saat ini Bibit Buah Ku sudah memiliki tim yang jumlahnya 10 orang. Mereka merupakan warga sekitar di Patemon, Gunungpati. Delapan orangnya kaum muda yang usianya di bawah 30 tahun.
“Kaum muda sekarang kurang tertarik di dunia pertanian. Makanya saya sengaja melibatkan kaum muda, dengan harapan mereka bisa menyukai dunia pertanian. Mereka dapat membuka usaha sendiri di bidang pertanian. Termasuk menularkan kecintaan pada dunia pertanian kepada kaum muda lainnya,” harapnya.
Apalagi pemasaran bibit tanaman ini full digital yang dikelola oleh tiga tim. Mulai dari tim Youtube di dua channel, tim yang mengelola lima website, serta tim media sosial yang meliputi TikTok, Instagram, dan Facebook.
Sengaja memperbesar Youtube, karena orang sekarang lebih suka melihat Youtube daripada membaca di website. Kalau di Youtube, pihaknya memang bisa memperlihatkan tanaman mulai dari bibitnya, cara perawatannya, hingga tanaman asli dari kebun. “Kalau di website, bisa mencomot dari gambar mana saja. Kalau di Youtube kan tidak bisa, sehingga kepercayaan masyarakat lebih terjaga dengan melihat Youtube,” ujarnya.
Selain itu, konsumen yang membeli bibitnya, juga mendapatkan pendampingan. Bahkan, pihaknya juga mendata pelanggan, jumlah tanaman, dan jenisnya apa saja.
“Kami ke depan akan menjualkan produk dari kebun mereka juga. Saat ini sudah ada beberapa pohon yang berbuah dan dijualkan buahnya. Satu hari itu ada 50 kilogram habis,” ujarnya.
Menurutnya, hasil pertanian bisa dijual murah karena rantai distribusinya sangat panjang. Tidak seperti yang berlaku selama ini terlalu panjang, dari petani ke penebas, penebas ke tengkulak, tengkulak ke pasar, pasar ke pengecer, baru pengecer ke konsumen. Kalau terlalu panjang rantai distribusinya, konsumen mendapatkan harga Rp 65 ribu, petani hanya menjual Rp 15 ribu.
“Karena setiap rantai ada Rp 5 ribu, kami potong. Makanya dari petani kami jualkan. Misal petani menjual Rp 45 ribu, kami pasarkan Rp 50 ribu untuk packing dan ke konsumen langsung,” tuturnya.
Terkait kebutuhan air dalam bisnis bibit tanaman, pihaknya tidak mau merusak alam dengan cara mengebor tanah.
“Kami memanfaatkan air PDAM dari ungaran hingga Rp 300 ribu per bulan,” ujarnya.
Untuk mengatasi kekurangan air, pihaknya membuat tandon air dengan kapasitas 30.000 liter. Tandon tersebut dia manfaatkan untuk merawat ikan.
“Lumayan, kalau ada tamu bisa dipanen untuk perjamuan. Bahkan warga sekitar yang mau mengambil juga dipersilahkan,” ujarnya.
Kebun pembibitan miliknya yang sangat rapi penataannya, juga kerap dimanfaatkan ibu-ibu PKK. Biasanya untuk sosialisasi dan menanam sayur seperti cabai dan terong. “Kami gratiskan untuk memetik sendiri dengan batasan tertentu biar rata,” ujarnya.
Selain itu, Bibit Buah Ku juga beberapa kali melakukan pelatihan kepada siswa-siswa SD di lingkungan sekitarnya.
“Karena ada materi yang susah dijelaskan dengan buku, kami jelaskan di sini,” katanya.
Temannya, Annas Kunia Muzakki, 27, mengaku tertarik dengan dunia pertanian ternyata lebih mengasyikkan di bandingkan kerja kantoran.
“Lahan hijau tetap berkurang, tapi dengan bertani, pandangan kita semakin luas. Apalagi dengan banyak inovasi. Kalau di kantor hanya sebatas itu, kalau di pertanian sangat luas jangkauannya. Setiap hari juga ada hiburannya,” ujarnya. (*/ida)
"bisnis" - Google Berita
December 28, 2022 at 09:17AM
https://ift.tt/wZJ6Hct
Muhammad Fathul Mujib Ajak Kaum Milenial Sukai Bisnis Pertanian - RADAR SEMARANG
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/uS7AIWv
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Muhammad Fathul Mujib Ajak Kaum Milenial Sukai Bisnis Pertanian - RADAR SEMARANG"
Post a Comment