Search

Saat Kekeringan Melanda, Bisnis Air Sumur Bor di NTT Kian ”Basah” - kompas.id

Banjir pesanan sumur bor itu, antara lain, dirasakan oleh Coper Banu, pemilik jasa pengeboran sumur air Arya Wijaya di Kota Kupang, Pulau Timor, NTT. Bahkan, ia sampai kesulitan melayani permintaan warga mengebor sumur. Dalam sepekan terakhir, di awal Oktober 2023, ia menerima 10 permintaan jasa pengeboran sumur air tanah. Namun, ia hanya bisa memenuhi permintaan 1-3 konsumen. Kondisi tanah di Kupang yang berupa batu karang menjadi salah satu kendala saat mengebor air tanah.

”Permintaan sumur bor terus meningkat. Di Kota Kupang hanya ada10 pengusaha sumur bor. Kami kesulitan melayani. Masing-masing pengusaha memiliki anak buah 3-10 orang. Setiap hari melakukan pengeboran di wilayah Kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Ada yang sampai Timor Tengah Selatan, Belu, Malaka, dan Timor Tengah Utara,” tutur Coper saat ditemui pada Rabu (4/10/2023).

Pria kelahiran Malang, Jawa Timur, ini mengatakan sudah sembilan tahun membuka usaha pengeboran sumur di Kupang. Dalam rentang waktu tersebut, ia sudah mengebor lebih dari 200 titik yang tersebar di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Belu, dan Timor Tengah Utara. Kabupaten Malaka jarang menggunakan jasa sumur bor karena daerah itu berada di lembah Daerah Aliran Sungai Benain.

Baca juga : Sejumlah Sumur Galian Milik Warga Kupang Kering Kerontang

Plang jasa sumur bor terpajang di sisi jalan strategis di Kelurahan Liliba, Kota Kupang, NTT, Rabu (4/10/2023). Papan nama ini lengkap dengan nomor WA atau telepon yang bisa dihubungi konsumen yang membutuhkan.
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Plang jasa sumur bor terpajang di sisi jalan strategis di Kelurahan Liliba, Kota Kupang, NTT, Rabu (4/10/2023). Papan nama ini lengkap dengan nomor WA atau telepon yang bisa dihubungi konsumen yang membutuhkan.

Tarif pengeboran sumur pun bervariasi, mulai dari Rp 35 juta per titik sampai dengan Rp 200 juta per titik. Biaya termahal diterapkan dalam proyek pemerintah di Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara yang berlokasi di perbukitan. Akses jalan menuju lokasi perbukitan belum bagus sehingga kendaraan yang mengangkut peralatan untuk mengebor sumur sulit menembus. Untuk mengatasi kendala itu, terkadang bahan-bahan itu terpaksa diangkut dengan tenaga manusia menuju tujuan.

Adapun harga jasa pengeboran untuk kebutuhan rumah tangga di Kota Kupang Rp 35 juta per titik. Tarif pengeboran di wilayah Kabupaten Kupang, khususnya di Oelamasi dan Oesao, yang berjarak sekitar 45 kilometer (km) dari Kota Kupang, lebih mahal, yakni Rp 37 juta-Rp 40 juta per titik. Di luar wilayah itu, tarif pengeboran lain lagi.

Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sumur bor juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan usaha atau bisnis. Namun, untuk keperluan itu, kapasitas sumur bor harus dinaikkan terlebih dulu. Artinya, pipa yang digunakan untuk menyedot dan menyalurkan air dari sumur bor harus lebih besar daripada yang dipakai untuk keperluan rumah tangga.

Biasanya, pipa sumur bor yang digunakan untuk keperluan rumah tangga memiliki ukuran 4 dim. Pipa itu dimasukkan ke dalam tanah untuk menyedot air. Namun, jika ingin dipakai untuk keperluan usaha atau bisnis, ukuran pipa diganti menjadi 6 dim. ”Kalau pipa 4 dim mengalirkan 1,5 liter air per detik. Maka, 6 dim bisa mengalirkan 2-3 liter air per detik,” kata Coper.

Biaya peningkatan kapasitas air sumur bor itu rata-rata Rp 6 juta per titik. Nilai ini hanya berlaku di dalam Kota Kupang, sedangkan di Kabupaten Kupang Rp 10 juta dan kabupaten lain lebih tinggi lagi. Saat ini, makin banyak rumah tangga yang menaikkan kapasitas sumur bor mereka untuk kepentingan usaha.

Baca juga : 16 Sumur Bor untuk Penuhi Air Bersih Warga Eks Timor Timur

Air dari dalam tanah milik warga hasil pengeboran ditampung di dalam bak di Kelurahan Oesapa, Kota Kupang, NTT, Rabu (4/10/2023). Setelah kapur mengendap di dalam bak ini, air disedot naik ke profil, kemudian dimanfaatkan atau dialirkan ke kamar mandi, WC, dan dapur.
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Air dari dalam tanah milik warga hasil pengeboran ditampung di dalam bak di Kelurahan Oesapa, Kota Kupang, NTT, Rabu (4/10/2023). Setelah kapur mengendap di dalam bak ini, air disedot naik ke profil, kemudian dimanfaatkan atau dialirkan ke kamar mandi, WC, dan dapur.

Bisnis jual-beli air pun menggunakan sumur bor. Bisnis semacam ini marak muncul di kala kemarau karena banyaknya permintaan air dari warga. Pengusaha biasanya mengeluarkan biaya pengisian air dari sumur bor ke mobil tangki. Biaya pengisian tangki sekarang Rp 25.000 per tangki atau naik dari tarif sebelumnya yang hanya Rp 20.000 per tangki untuk ukuran 5.000 liter air.

Air dari sumur bor itu dijual kepada konsumen dengan harga Rp 80.000-Rp 300.000 per tangki. Harga ini tergantung jarak dan kondisi jalan yang ditempuh.

Selain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sumur bor juga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan usaha atau bisnis.

Armando Dasilva (53), warga Kelurahan Liliba, Kota Kupang, yang juga pemilik mobil tangki air mengatakan, selama puncak kemarau, ia selalu kesulitan melayani permintaan air. Ia memilih melayani konsumen di dalam Kota Kupang saja, terutama pelanggan lama. Rata-rata, setiap hari ada 10 tangki air yang harus diantarkan kepada konsumen. Ia bekerja dari pukul 07.00-21.00 Wita.

”Konsumen yang mengajukan pesanan hari ini, keesokan harinya baru terlayani. Harus antre. Padahal, banyak mobil tangki air di Kota Kupang. Satu mobil tangki harus antre di tempat pengisian sampai satu jam lebih. Terutama sumur bor dengan parkir luas, dan memiliki beberapa pipa pengisian,” tutur Dasilva.

Adapun harga air tangki dalam Kota Kupang berkisar Rp 80.000-Rp 120.000 untuk ukuran 5.000 liter. Lama pemakaian air tergantung jumlah anggota keluarga dan kebutuhan. Sebagai gambaran, jika anggota keluarga ada lima orang, rata-rata air akan bertahan sampai enam hari. Namun, kalau ada anak balita, air itu hanya cukup untuk tiga sampai empat hari.

Baca juga : Pengolahan Air Laut Jadi Solusi Krisis Air Bersih di Kota Kupang

Sumur bor di depan pekarangan salah satu rumah warga Kelurahan Liliba, Kota Kupang, NTT, Senin (25/9/2023). Satu mobil tangki sedang antre melakukan pengisian, yang satu lagi sedang mengisi air. Bisnis sumur bor marak di Kota Kupang dalam lima tahun terakhir. Air sumur bor dijual kepada pemilik mobil tangki dengan harga Rp 20.000 per mobil, kemudian dijual kepada konsumen dengan harga Rp 80.000-Rp 200.000 per tangki.
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Sumur bor di depan pekarangan salah satu rumah warga Kelurahan Liliba, Kota Kupang, NTT, Senin (25/9/2023). Satu mobil tangki sedang antre melakukan pengisian, yang satu lagi sedang mengisi air. Bisnis sumur bor marak di Kota Kupang dalam lima tahun terakhir. Air sumur bor dijual kepada pemilik mobil tangki dengan harga Rp 20.000 per mobil, kemudian dijual kepada konsumen dengan harga Rp 80.000-Rp 200.000 per tangki.

Lain lagi bagi rumah tangga yang memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk beternak ayam dan babi atau menyiram pepohonan. Setiap hari, kebutuhan air rumah tangga itu akan lebih besar, yakni memerlukan dua tangki air. Air itu diperlukan untuk kebutuhan mandi, memasak, mencuci, minum, menyiram tanaman, kebutuhan ternak, mencuci kandang ternak, dan lain-lain.

Agus Tadon (60), pemilik sumur bor di Kelurahan Naimata, Kota Kupang, mengatakan, satu sumur bor miliknya diprioritaskan untuk mengisi tiga mobil tangki milik warga dari lingkungan sekitar. Mobil tangki dari luar tidak dilayani. Setiap kali pengisian dipungut Rp 20.000 per mobil.

Sumur bor itu juga untuk melayani kebutuhan rumah tangga Agus sendiri. Dari dua cabang pipa, salah satunya mengarah ke rumah Agus dan satu lagi ke halaman rumah untuk pengisian mobil tangki.

”Satu hari dapat Rp 500.000 dari satu sumur bor itu. Kalau saya tidak pakai, saya bisa izinkan mobil lain melakukan pengisian di situ. Saya bisa dapat sampai Rp 1 juta per hari. Tetapi, suatu saat akan saya upayakan satu titik sumur bor lagi,” kata Agus.

Baca juga : 21 Tahun Warga Oelnasi, Kupang, Merindukan Air Bendungan Tilong

Melo Natun (42), warga Oelnasi, Kabupaten Kupang, NTT, Senin (20/2/2023), menarik pipa setelah mobil tangki mengisi air di bak tua yang dibangun Balai Sungai Wilayah 2 Nusa Tenggara, sekitar 2004 lalu. Sampai saat ini tujuh bak yang dibangun itu tidak terisi air Bendungan Tilong. Warga pun terpaksa membeli air tangki, mengadakan sumur bor, dan menadah air hujan untuk keperluan sehari-hari.
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Melo Natun (42), warga Oelnasi, Kabupaten Kupang, NTT, Senin (20/2/2023), menarik pipa setelah mobil tangki mengisi air di bak tua yang dibangun Balai Sungai Wilayah 2 Nusa Tenggara, sekitar 2004 lalu. Sampai saat ini tujuh bak yang dibangun itu tidak terisi air Bendungan Tilong. Warga pun terpaksa membeli air tangki, mengadakan sumur bor, dan menadah air hujan untuk keperluan sehari-hari.

Anggota Komisi IV DPRD NTT yang membidangi air tanah, Don Bonito, mengatakan, semestinya pemanfaatan air tanah untuk kepentingan bisnis seperti itu dikenai pajak atau retribusi. Tetapi, semua pemilik sumur bor, terutama untuk kepentingan bisnis, tidak memiliki surat izin usaha.

Pemerintah kota atau kabupaten harus menertibkan pemanfaatan air tanah untuk kepentingan bisnis seperti itu. Bisnis air sumur bor ini tidak hanya marak di Kota Kupang, tetapi hampir di semua kabupaten/kota. Kekeringan ekstrem mendorong maraknya bisnis ini. Keuntungan dari bisnis ini pun tidak sedikit.

Di Kelurahan Oepura, Kota Kupang, misalnya, seorang pengusaha sumur bor bisa memiliki lebih dari lima pipa air untuk pengisian mobil tangki. Satu hari, ia meraup keuntungan lebih dari Rp 3 juta. ”Ini harus ditertibkan pemda. Lama-kelamaan air tanah juga bisa habis tersedot karena maraknya bisnis ini,” kata Bonito.

Marius Seran, anggota staf PDAM Kota Kupang, mengatakan, peraturan soal pemanfaatan air tanah pernah dibahas beberapa waktu lalu oleh pemkot. Akan tetapi, hal itu belum dibahas bersama DPRD Kota Kupang. ”Mungkin setelah ada wali kota dan sekda definitif dibahas bersama. Bisa saja akan ada aturan mengenai retribusi itu,” ujarnya.

Baca juga : Kekeringan Ekstrem Langganan Hidup Masyarakat NTT

Pipa milik PDAM Kota Kupang melintasi Sungai Liliba, Kupang, NTT, Senin (4/9/2023). Pipa ini mengalirkan air menuju Kantor Gubernur dan Kantor Pemprov NTT. Sumber air berasal dari Sungai Baumata dan Bendungan Tilong.
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Pipa milik PDAM Kota Kupang melintasi Sungai Liliba, Kupang, NTT, Senin (4/9/2023). Pipa ini mengalirkan air menuju Kantor Gubernur dan Kantor Pemprov NTT. Sumber air berasal dari Sungai Baumata dan Bendungan Tilong.

Adblock test (Why?)



"bisnis" - Google Berita
October 21, 2023 at 09:00AM
https://ift.tt/slbBizf

Saat Kekeringan Melanda, Bisnis Air Sumur Bor di NTT Kian ”Basah” - kompas.id
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/hDCyRkN
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Saat Kekeringan Melanda, Bisnis Air Sumur Bor di NTT Kian ”Basah” - kompas.id"

Post a Comment

Powered by Blogger.