Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank masih berhasil menorehkan pertumbuhan pendapatan dari bisnis trade finance sepanjang tahun 2019 di tengah tekanan ekonomi global. Hanya saja, pertumbuhannya tidak sekencang tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut diyakini masih akan berlanjut tahun ini walau tantangannya diperkirakan juga cukup berat.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya berhasil membukukan pendapatan komisi atau fee based income sebesar Rp 1,26 triliun dari trade finance tahun 2019 atau tumbuh 4,8% secara year on year (YoY). Volume transaksinya tercatat tumbuh lebih tinggi yakni 6,5% yang ditopang oleh pertumbuhan transaksi ekspor.
Baca Juga: BI: Uang beredar tumbuh melambat 6,5% pada Desember 2019
BNI optimis bisnis trade finance akan tumbuh tahun ini sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan ekspor, investasi dan pembangunan infrastruktur. "Namun, kami hanya mematok target pendapatan satu digit dari bisnis tersebut," kata Bob Tyasika Ananta, Direktur Bisnis International BNI pada Kontan.co.id, Kamis (30/1).
Untuk mendorong pertumbuhan bisnis trade finance, BNI akan terus menggali potensi transaksi dari berbagai industri baik di dalam maupun di luar negeri. Kemudian, mengembangkan produk dan layanan yang berbasis digital untuk kemudahan nasabah dalam bertransaksi trade finance.
Dan terakhir, lanjut Bob, BNI juga akan menyediakan produk dan layanan trade finance yang bersifat tailormade atau customer centric sebagai solusi kebutuhan bisnis dan industri yang bervariasi dalam rangka peningkatan nasabah baru.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga berhasil berhasil menorehkan pertumbuhan pendapatan dari trade finance walau tak sekencang tahun 2018. Fee based income perseroan dari trade finance dan bisnis internasional mencapai Rp 1,85 triliun tahun lalu atau tumbuh 27% YoY. Sedangkan tahun sebelumnya tumbuh hingga 53,8%.
Baca Juga: Catat, pencairan SBR005 lebih cepat dibuka hingga 4 Februari
Transaksi trade finance BRI mencapai US$ 69,12 miliar pada 2019 atau naik 24%YoY. SEVP Treasury & Global Services BRI Listiarini Dewajanti mengatakan, kenaikan didorong membaiknya harga beberapa komoditas yang ditransaksikan nasabah perseroan seperti pertambangan, produk kelapa sawit berserta turunannya, serta adanya peningkatan pelayanan transaksi trade finance dalam negeri (domestik) khususnya pada sektor perdagangan dan infrastruktur.
Produk trade finance BRI yang tercatat tumbuh paling pesat adalah transaksi SKBDN yang bersumber dari aktifitas bisnis domestik seperti perdagangan (barang dan jasa) antar daerah dan pembangunan infrastruktur.
Tahun ini, Listiarini melihat prospek bisnis trade finance akan makin besar tahun ini. Dia memandang dinamika geopolitik dan perang dagang masih belum mereda. Menurutnya itu bisa membawa dampak positif bagi Indonesia.
Perang dagang akan menekan kinerja keuangan korporasi di banyak negara sehingga mendorong korporasi tersebut mencari sumber energi yang lebih murah seperti batu bara untuk menekan biaya produksi dan juga barang substitusi dari negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Baca Juga: Perkuat pasar bisnis uang elektronik, LinkAja gandeng JNE
Lalu pengenaan tarif impor minyak kedelai AS yang dilakukan China akan mendorong permintaan produk substitusinya yakni CPO yang merupakan salah satu komoditas ekspor terbesar dari Indonesia.
Selain itu, bisnis trade finance juga akan terdorong sejalan dengan arus investasi yang juga diproyeksikan bakal kembali tumbuh pasca berakhirnya tahun politik, berlanjutnya proyek infrastruktur sebagai motor penggerak perekonomian domestik, serta kondisi finansial yang suportif.
Tahun ini, BRI menargetkan Rp 2,2 triliun fee based income dari bisnis trade finance atau tumbuh 20,21% dari tahun lalu. Untuk mencapai itu, BRI akan menyediakan layanan trade finance di seluruh kantor cabangnya, menyediakan akses ke pasar global bagi para nasabah UMKM BRI, dan meningkatkan layanan kepada sektor industri utama nasabah trade finance seperti pertambangan, produk kelapa sawit serta turunannya, pulp and paper, perdagangan dan infrastruktur.
Baca Juga: Mulai dijual 1 Februari, Samsung Galaxy Note 10 Lite dibanderol Rp 8,2 juta
Sementara Bank Mandiri melihat prospek bisnis trade finance di tahun 2020 ini masih relatif stagnan. Darmawan, Direktur Bank Mandiri melihat bisnis ini akan menghadapi tantangan karena transaksi impor yang belum akan membaik.
Lalu ekspor CPO sebagai komoditas utama juga diperkirakan akan turun karena sebagai pasokan akan dialihkan untuk mendukung kebijakan Biodiesel 30 di dalam negeri.
Tahun ini, Bank Mandiri menargetkan transaksi trade finance dan termasuk bank garansi sebesar Rp 749,56 triliun. Dari situ, perseroan membidik pendapatan komisi ditargetkan sebesar Rp 5,2 triliun.
Baca Juga: Kualitas Kredit dan Kesehatan Bank
Adapun tahun 2019, Bank Mandiri mencatatkan transaksi trade finance termasuk bank garansi tumbuh 4,5% YoY dan pendapatannya tumbuh 14,7%. Namun, Darmawan tidak menyebut detail nilainya.
Adapun produk trade finance yang tercatat mengalami pertumbuhan paling besar tahun lalu adalah Value Chain Financing transaksi perdagangan domestik.
Untuk mendorong pertumbuhan bisnis trade finance tahun ini, Bank Mandiri akan mengandalkan transaksi perdagangan domestik. Darmawan bilang, potensi bisnis tersebut berasal dari pembiayaan kepada supply chain nasabah utama Bank Mandri.
Baca Juga: Bunga deposito tertinggi 6,5%, bunga deposito BCA 4,6%, Bank Mandiri 5,9%, BRI 5,8%
"bisnis" - Google Berita
February 01, 2020 at 09:35AM
https://ift.tt/2RN3BUr
Bisnis trade finance bank BUMN masih tumbuh di tengah kelesuan ekonomi global - Kontan
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/2ZX4j67
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
Numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*