Search

Gedung Bioskop Tabanan Theatre, Saksi Jayanya Bisnis Bioskop di Bali - detikBali

Tabanan -

Zaman dan teknologi boleh berganti, tapi kepuasan untuk menonton film agaknya belum terlampau bertukar. Setidaknya bioskop menjadi bukti bahwa pengalaman menonton film dalam tayangan berukuran besar atau layar lebar masih menjadi pilihan masyarakat.

Umumnya gedung bioskop ada di kota-kota besar. Keberadaannya melengkapi ingar-bingar kehidupan urban.

Dan, ini berlaku juga di Bali terutama Kota Denpasar. Di ibukotanya Provinsi Bali. Atau bergeser sedikit, masih dekat Denpasar macam kawasan wisata Kuta yang berada di Kabupaten Badung.

I Nyoman Suadri yang pernah menjadi Manajer Bioskop Krida. (chairul amri simabur/detikBali)I Nyoman Suadri yang pernah menjadi Manajer Bioskop Krida. (chairul amri simabur/detikBali) Foto: I Nyoman Suadri yang pernah menjadi Manajer Bioskop Krida. (chairul amri simabur/detikBali)

Sebetulnya, di Kota Tabanan yang kini berjuluk Kota Singasana ada juga gedung bioskop. Bahkan, keberadaannya sempat memberi warna pada bisnis bioskop di Bali.

Tapi itu dulu. Di bawah 20 tahun lalu. Sisa-sisa kejayaan bisnis bioskop di Tabanan itu masih ada hingga sekarang pada sebuah gedung tua di lantai dua Pasar Sari Harapan.

Lokasi pasar ini masih bersebelahan dengan Pasar Induk Tabanan atau Pasar Induk Gadarata Singasana. Lokasinya ada di sebelah timur.

Kondisi gedung bekas bioskop itu sekarang sudah usang. Tapi strukturnya masih utuh. Pantauan detikBali, beberapa dindingnya menjadi bidang mural yang entah siapa pembuatnya.

Di malam hari, gedung itu pastinya gelap karena tidak ada lampu penerang. Dan sudah pasti yang punya nyali ciut, gedung itu akan memberi kesan horor.

Terakhir, nama gedung bioskop ini Tabanan Theatre. Layar lebarnya mulai meredup di awal dekade 2000-an. Saat itulah masa-masa akhir gedung bioskop tua tersebut beroperasi.

Konon, gedung bioskop ini sudah ada sejak zaman Belanda. Seperti diceritakan mantan Manajer Bioskop Krida I Nyoman Suadri (86), saat dijumpai pada Jumat (4/6/2023) malam.

"Bioskop pertama di Tabanan namanya Wisnu. Sudah ada pada 1930-an. Dari saya lahir, bioskop itu sudah ada. Saya lahir 1937," ujar Suadri di rumahnya, Banjar Pangkung, Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan.

Ia menyebut Bioskop Wisnu lokasinya ada pada gedung Bioskop Tabanan Theatre yang ada sekarang. Bioskop tersebut milik Tjan Giok Hing.

Kapasitas Bioskop Wisnu kala itu sudah bisa dikatakan besar karena bisa menampung 600 orang penonton sekali tayang. "Waktu itu saya masih nonton-nonton saja. Saya masih kelas dua SR (Sekolah Rakyat)," kenang Suadri.

Apalagi letak sekolahnya juga berdekatan. Ia masih ingat SR tempatnya bersekolah ada di pintu masuk Pasar Induk Tabanan sebelah utara.

Sekolah itu bersebelahan dengan asrama CPM (Corps Polisi Militer), Kodim, dan berdekatan dengan kantor Bupati kala itu.

"Saya masih belum tahu kisah. Belum tahu siapa pemainnya. Asal nonton saja. Biasanya jam tujuh malam bioskop sudah mulai," tutur Suadri.

Di masa itu, kata Suadri, ia hanya bisa menonton film untuk semua umur. Selain karena belum banyak film percintaan, polisi dan anggota Kodim pasti berjaga di pintu karcis.

"Kalau film dewasa, 17 tahun ke atas, anak-anak tidak boleh (menonton). Tapi waktu itu memang belum ada film-film roman berat," ujarnya.

Gedung bioskop Bali Theatre, Tabanan yang kini telah berubah menjadi deretan ruko. (chairul amri simabur/detikBali)Gedung bioskop Bali Theatre, Tabanan yang kini telah berubah menjadi deretan ruko. (chairul amri simabur/detikBali) Foto: Gedung bioskop Bali Theatre, Tabanan yang kini telah berubah menjadi deretan ruko. (chairul amri simabur/detikBali)

Sampai memasuki usia remaja, Suadri masih gemar menonton film di Bioskop Wisnu. Tiap hari ia ke bioskop tersebut karena kebetulan jarak rumahnya kurang lebih dua kilometer.

Ini juga yang membuat ia mengetahui sejarah keberadaan bioskop tua di Tabanan tersebut. Bahkan, ia mengetahui peralihan nama Bioskop Wisnu menjadi Bioskop Nusantara pada awal 1950-an.

"Sekitar tahun 50-an Biokop Wisnu dibeli M Jufri. Namanya kemudian diganti jadi Nusantara. Yang punya Bioskop Wisnu pindah ke Denpasar. Ke Jalan Gajah Mada, Denpasar," sebut Suadri yang saat itu sudah duduk di bangku SMP.

Pada 1964, Bioskop Nusantara berpindah kepemilikan. Bioskop itu dibeli PO (Perusahaan Otobus) Gita Bali dari M Jufri. Lagi-lagi nama bioskop itu berubah.

"Namanya berubah menjadi Krida. Di saat itulah saya mulai bekerja," kata Suadri yang waktu itu baru saja berhenti menjadi tukang kebun di Bedugul.

Selain karena suka menonton film, Suadri dilibatkan sebagai pekerja di Bioskop Krida karena terampil melukis. Keterampilannya itu yang membuat ia dipercaya mengurus publikasi tiap film yang hendak diputar di bioskop.

Publikasi atau reklame itu ia buat dalam kertas manila dengan cat plakat. Reklame itu akan ditempel di display depan pintu masuk bioskop. Tiap hari-hari tertentu, reklame itu pasti diganti sesuai dengan judul film yang hendak diputar.

Tidak hanya reklame, Suadri yang saat itu berusia 26 tahun dan baru saja menikah, sudah menduduki posisi sebagai manajer pada Bioskop Krida.

"Semua kepentingan bioskop saya yang kerjakan. Termasuk calling," ujar Suadi. Menurutnya, calling ialah istilah promosi film menggunakan mobil dengan pengeras suara.

Ia masih ingat kalimat yang biasa diteriakkan saat calling. "Malam ini akan diputar film yang dibintangi oleh bintang film terkenal...," kata Suadri dengan antusias.

Pada 1976, sambungnya, Bioskop Krida berpindah kepemilikan lagi. Dari PO Gita Bali kepada CV Harapan, sebuah perusahaan yang mengelola Hotel Denpasar. Saat itu, nama bioskop juga berubah menjadi Tabanan Theatre.

Meski pindah kepemilikan, Suadri saat itu masih dipercaya untuk mengelola bioskop. Hingga pada 1979, ia dipercaya untuk mengelola bioskop di wilayah Bali Timur.

"Saya pindah ke Klungkung. Saya mengelola bioskop di empat tempat. Klungkung, Bangli, Karangasem, dan Gianyar. Ditambah lagi dengan bioskop Misbar. Misbar itu gerimis bubar," ujarnya sambil berseloroh saat menerangkan kepanjangan Misbar.

Suadri menyebut bioskop Misbar lebih terkenal dengan sebutan layar tancap. Karena waktu itu layar tancap sudah mulai masuk ke desa-desa.

"Pakai truk dan tergantung pesanan. Tapi di sana juga penonton bioskop juga sudah mulai berkurang," jelasnya.


Selama lima tahun di Klungkung, ia tidak lagi mengikuti perkembangan Bioskop Tabanan Theatre secara langsung. Ia hanya mengingat persaingan yang terus terjadi antara Tabanan Theatre dengan Bali Theatre yang ada di Jalan Melati.

"Bioskop Bali Theatre itu sudah ada sejak 1950-an. Dulunya itu pabrik rokok Kanari. Sempat juga jadi perusahaan limun. Yang punya namanya Aow Tjin Tjiang," bebernya.

Suadri mengaku tidak pernah lupa dengan persaingan ketat antara Tabanan Theatre yang dulunya sempat bernama Wisnu, Nusantara, dan Krida dengan Bali Thatre.

"Keduanya bersaing ketat. Tapi punya pasar masing-masing. Kalau Bali Theatre itu spesialis film India. Kalau Tabanan Theatre, waktu itu masih Krida namanya, spesialis film action misalnya koboi atau ninja," kata Suadri.

Di masa itu, ia masih ingat beberapa bintang film Barat yang diputar di Bioskop Krida dan ramai ditonton seperti Clint Eastwood, Anthony Steffen, Franco Nero. "Termasuk Ronald Reagen yang Presiden Amerika itu, dia main film koboi juga," ujarnya.

Selain film koboi, Bioskop Krida juga memutar film-film aksi produksi Hongkong yang salah satu bintang terkenalnya Jimmy Wang Yu.

Pernah juga Bioskop Krida memutar film India dengan para bintang filmnya seperti Sridevi, Dharmendra, atau Amitabh Bachan, namun penontonnya sepi.

"Kalau di Bali Theatre, film India pasti ramai penontonnya. Tapi kalau mereka putar action, justru sepi. Selalu seperti itu," ujarnya.

Umumnya, sambung Suadri, bioskop saat itu mulai tayang pada pukul 17.00 Wita sampai dini hari atau sekitar pukul 01.00 Wita. Itupun bergantung pada genre film yang diputar.

"Kalau action itu bisa tiga kali tayang. Karena durasinya cuma satu setengah jam. Film Hongkong juga begitu. Tapi kalau film India, paling dua kali tayang karena durasi sampai tiga jam," jelasnya.

Menurut Suadri, bioskop kala itu menjadi tempat orang mencari jodoh. Ia mencontohkan, satu pabrik garmen punya seratus orang pegawai. "Sekitar 95 orang karyawannya pasti perempuan. Nah, hiburan mereka ya ke bioskop.

Suadri mulai undur diri sebagai manajer bioskop sekitar 1985. Ia undur diri karena punya analisa bahwa bisnis bioskop lambat laun akan redup. Apalagi saat itu kaset video sudah mulai diperkenalkan ke masyarakat.

"Di Bali kebetulan juga grup Drama Gong Bintang Bali Timur lagi populer. Itu juga yang mempengaruhi penonton bioskop berkurang juga," tandasnya.

Simak Video "Seru-seruan Habiskan Waktu Naik motor di Tepi Pantai Nyanyi, Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(nor/hsa)

Adblock test (Why?)



"bisnis" - Google Berita
June 12, 2023 at 11:00PM
https://ift.tt/YsVT6GO

Gedung Bioskop Tabanan Theatre, Saksi Jayanya Bisnis Bioskop di Bali - detikBali
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/Tris1AB
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Gedung Bioskop Tabanan Theatre, Saksi Jayanya Bisnis Bioskop di Bali - detikBali"

Post a Comment

Powered by Blogger.