Search

Bisnis Rumah Sakit di Indonesia - kompas.id

Sebagai pebisnis, saya memahami sekarang bisnis kesehatan, termasuk bisnis rumah sakit (RS), merupakan bisnis yang cepat tumbuh. Jika jumlah RS kita cukup, tersebar secara merata, dan layanannya baik, tentu masyarakat akan merasa senang.

Apalagi seperti yang sering diungkapkan pemerintah, upaya penyuluhan dan pencegahan akan ditingkatkan secara nyata. Kita menanti upaya pemerintah dan swasta untuk menyehatkan masyarakat kita.

Bisnis rumah sakit merupakan bisnis yang padat modal dan padat karya. Sumber daya manusianya harus terlatih baik. Layanan rumah sakit harus bermutu tinggi serta memegang etika karena menyangkut nyawa manusia.

Selain ramah terhadap pasien, rumah sakit juga tak boleh rugi sehingga layanan rumah sakit dapat berkesinambungan dan bermutu tinggi.

Masyarakat telah lama menyaksikan keterlibatan swasta dalam layanan rumah sakit, seperti RS Kristen, Katolik, ataupun RS Islam. Namun, dewasa ini yang cepat tumbuh adalah RS swasta yang tampaknya mengejar keuntungan.

Kita menyaksikan kelompok rumah sakit Hermina (hampir 50 rumah sakit), Siloam, Primaya, Mayapada, dan lain-lain sudah tersebar tak hanya di Jawa, tetapi juga di luar Jawa. Jika minat untuk membangun rumah sakit masih tinggi, tentu jumlah rumah sakit pemerintah atau swasta akan mencukupi kebutuhan di negeri kita.

Kapal Rumah Sakit Terapung Laksamana Malahayati di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (10/6/2023). Kapal ini akan melayani kesehatan masyarakat di daerah terpencil dan sulit terjangkau.
KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO

Kapal Rumah Sakit Terapung Laksamana Malahayati di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (10/6/2023). Kapal ini akan melayani kesehatan masyarakat di daerah terpencil dan sulit terjangkau.

Saya ingin minta pendapat Dokter tentang gencarnya pembangunan rumah sakit baru, baik oleh pemerintah maupun swasta. Apakah pembangunan tersebut sudah memperhitungkan penyebaran rumah sakit, dukungan SDM, serta kemampuan pembiayaan masyarakat? Dulu kita pernah punya pemeo, sekali jatuh sakit jadi miskin.

Sejak dijalankannya sistem asuransi kesehatan nasional kita melalui BPJS, masyarakat dapat mulai menikmati layanan rumah sakit dengan dukungan pembiayaan pemerintah. Apakah rumah sakit baru nanti hanya untuk orang kaya atau juga untuk orang miskin? Apakah mereka juga mau menerima pembiayaan BPJS?

Saya membaca di media sosial banyak sekali postingan tentang keadaan tenaga kesehatan di rumah sakit yang belum ideal.

Minggu lalu saya berobat di sebuah RS swasta pada seorang spesialis. Saya membayar Rp 475.000 untuk konsultasi. Jumlah pasiennya sekitar 10 orang per hari. Jadi, seharusnya dokter spesialis penghasilannya cukup banyak. Kenapa masih ada keluhan?

Baca juga: Layanan Rumah Sakit yang Nyaman

Apakah tarif untuk layanan BPJS sekarang sudah memadai? Saya dengar BPJS sudah banyak melakukan perbaikan dan efisiensi. Masyarakat amat berharap BPJS semakin baik dan semakin luas cakupan layanannya. Dalam memberikan izin rumah sakit, apakah pemerintah juga menerapkan kebijakan untuk mengutamakan potensi nasional kita? Mohon pendapat Dokter.

J di B

Wah, sebenarnya saya seorang dokter spesialis penyakit dalam, jadi pemahaman saya tentang bisnis rumah sakit amat terbatas. Namun, saya akan mencoba menjawab sesuai dengan apa yang saya pahami.

Jumlah rumah sakit di negeri kita sudah melebihi 3.000 rumah sakit. Pertumbuhannya memang cepat, terutama dalam 10 tahun terakhir tumbuh lebih dari 80 persen. Pertumbuhan ini tentu akibat pemerintah dan juga swasta membangun rumah sakit.

Pertugas yang mendorong troli berisi makanan pasien berjalan keluar dari ruangan Unit Perawatan Intensif Anak/ Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA) Kiara RSUP Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Jumat (21/10/2022).
KOMPAS/RIZA FATHONI

Pertugas yang mendorong troli berisi makanan pasien berjalan keluar dari ruangan Unit Perawatan Intensif Anak/ Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA) Kiara RSUP Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Untuk melayani masyarakat, jumlah rumah sakit memang masih kurang. Masalah yang juga paling utama adalah distribusi rumah sakit yang masih terpusat di Jawa dan kota besar. Pemerintah sudah membangun rumah sakit kabupaten di seluruh Indonesia.

Saya menyaksikan ketika bepergian ke daerah, banyak rumah sakit baru dibangun pemerintah, termasuk di kabupaten dan kota. Namun, layanan rumah sakit memerlukan kerja sama semua pihak.

Di suatu kabupaten di luar Jawa, rumah sakit sudah lebih dari setahun selesai dibangun. Peralatan rumah sakit menumpuk dalam kotak-kotak, belum dibuka. Kenapa? Ternyata pemerintah daerah belum mampu membiayai operasionalisasi rumah sakit, biaya SDM, dan biaya operasional lain.

Kehidupan tenaga kesehatan yang kurang nyaman di tempat tugas (terutama di daerah terpencil) harus diperhatikan. Jika tidak, mereka tak akan betah tinggal di daerah dan jika masa penugasan selesai, mereka segera pindah ke kota besar.

Bisnis rumah sakit

Saya beranggapan mengurus rumah sakit tidaklah mudah. Tugas rumah sakit melayani masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan dengan baik. Selain ramah terhadap pasien, rumah sakit juga tak boleh rugi sehingga layanan rumah sakit dapat berkesinambungan dan bermutu tinggi.

Baca juga: Mengobati Daya Saing Rumah Sakit Indonesia

Rumah sakit pemerintah terikat pada berbagai peraturan pemerintah baik dalam sistem pelayanan, tarif, maupun pembelian barang. Acapkali birokrasi dapat menghambat kelancaran pelayanan. Namun, rumah sakit pemerintah secara finansial didukung pemerintah. Rumah sakit swasta harus berjuang untuk dapat memberikan layanan yang baik serta dapat menghasilkan pendapatan yang mencukupi.

Seorang perawat beristirahat sejenak ketika melaksanakan <i>screening</i> (penapisan) Covid-19 terhadap pasien di sebuah rumah sakit di Medan, Sumatera Utara, Rabu (23/9/2020).
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Seorang perawat beristirahat sejenak ketika melaksanakan screening (penapisan) Covid-19 terhadap pasien di sebuah rumah sakit di Medan, Sumatera Utara, Rabu (23/9/2020).

Ada dua macam rumah sakit: for profit (mencari keuntungan) dan nonprofit (tidak mencari keuntungan). RS yang tidak mencari keuntungan membelanjakan kembali keuntungannya untuk memperluas layanan atau memperbaiki layanan.

Kenapa layanan RS kita oleh masyarakat dianggap masih belum senyaman di negeri tetangga? Salah satu di antaranya adalah jumlah pasien yang harus dilayani di negeri kita amat banyak. Seorang dokter di poliklinik rumah sakit di Indonesia biasanya melayani 40-an pasien sehari.

Saya pernah ikut bekerja di suatu rumah sakit di Australia, di bagian polikliniknya. Jumlah pasien yang harus dilayani sebelum makan siang 5 orang dan sehabis makan siang hanya 4 orang. Jadi cukup waktu untuk berkomunikasi dengan baik.

Namun, rumah sakit di Indonesia sekarang juga sedang bekerja keras untuk meningkatkan mutu komunikasi tenaga kesehatan dengan pasien dan keluarga. Semoga komunikasi tersebut akan semakin akrab sehingga menimbulkan suasana saling percaya.

Baca juga: Konsep Rumah Sakit yang Kekinian

Wah, tarif dokter yang Anda bayar Rp 475.000 bukan semuanya untuk dokter spesialis yang melayani Anda. Ada uang karcis rumah sakit yang besarnya beragam mulai Rp 25.000 hingga Rp 100.000. Ada pula potongan untuk kebersamaan dengan tenaga kesehatan lain. Dokter juga harus membayar pajak yang langsung dipotong oleh rumah sakit.

Jika dokter praktik sampai malam, perawat yang membantu mungkin harus pulang jauh ke rumah, sedangkan kendaraan umum sudah tidak ada. Acapkali dokter harus juga membantu membayarkan ongkos taksinya.

Murid SD mendapat layanan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Soelastri, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (20/3/2023).
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Murid SD mendapat layanan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Soelastri, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin (20/3/2023).

Dari Rp 475.000 tersebut, yang akan masuk ke kantong dokter sekitar Rp 280.000. Suatu waktu seorang dokter kedatangan keluarga dekat yang berobat. Sudah tentu digratiskan. Keluarga menyangka bahwa dokter tidak mengambil honornya. Sebenarnya di samping tak mengambil honor, dokter juga harus membayarkan karcis dan dana kebersamaan.

Mungkinkah rumah sakit kita menyaingi rumah sakit di negeri tetangga? Saya optimistis bisa. Salah satu yang harus kita perbaiki adalah dana kesehatan per kapita kita yang masih amat rendah. Dana per kapita kesehatan kita jauh di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Bahkan di bawah Filipina dan Vietnam. Mungkin karena populasi Indonesia yang amat besar.

Kita akan dapat menyaingi negeri lain jika berbagai pihak bekerja sama, menghormati peran masing-masing, dan terus mengamati kebutuhan masyarakat kita. . Peran potensi nasional kita dapat kita tingkatkan terus atas dasar saling mempercayai dan saling menghormati.

Adblock test (Why?)



"bisnis" - Google Berita
August 19, 2023 at 06:33AM
https://ift.tt/FpTGChQ

Bisnis Rumah Sakit di Indonesia - kompas.id
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/irJk7GM
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bisnis Rumah Sakit di Indonesia - kompas.id"

Post a Comment

Powered by Blogger.