Search

Meraba Potensi Besar PSMS Medan dalam Bisnis Sepak Bola - kompas.id

Baca juga: PSMS Medan, Kepak ”Ayam Kinantan” Mendekap Keberagaman

Sadar PSMS punya banyak suporter fanatik, Hengki pun melirik bisnis penjualan suvenir klub tersebut. Pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, itu melakukan studi banding ke toko suvenir Persib Bandung yang masih disponsori Vilour (2004-2009).

Dari sana, Hengki mendapatkan inspirasi untuk membuat sendiri produk cendera mata PSMS. Jenisnya beragam, mulai dari jersei, jaket, kaus polo, topi, bendera, syal, mangkuk, jam dinding, gantungan kunci, hingga stiker. Semua produk itu ludes terjual kecuali yang disimpan untuk kenangan pribadi, seperti bendera tersebut.

https://asset.kgnewsroom.com/photo/pre/2023/08/13/80401f8f-8af0-44b8-a98d-7773e669076d_gif.gif

Salah satu masa penjualan yang paling laris terjadi pada 2018. Ketika itu, PSMS baru promosi kembali ke Liga 1 usai terbenam di kasta kedua Liga Indonesia sepanjang 2013 hingga 2017. Animo suporter sedang tinggi-tingginya karena rindu PSMS berada di kasta elite sepak bola nasional. Stadion Teladan, markas PSMS yang berkapasitas sekitar 20.000 orang, nyaris selalu membeludak di setiap pertandingan sepanjang musim tersebut.

Itu menjadi momentum Hengki melalui 20 anggotanya menjajakan produk suvenir PSMS di halaman Stadion Teladan. Jersei menjadi yang paling banyak diserbu, yang bisa habis terjual dalam dua-tiga jam sebelum pertandingan dan pendapatan bersih Rp 1 juta-Rp 1,5 juta yang tergolong besar di masa tersebut. ”Pas big match (laga besar), seperti PSMS melawan Persib, Persija (Jakarta), atau Persipura (Jayapura), stok jersei 200-300 potong bisa habis dalam sekejap,” kata Hengki.

Baca juga: Gebrakan Utamasia untuk Masa Depan Sepak Bola Medan

Karena yang dicari oleh penggemar itu cuma tiga, yaitu warna, lambang, dan nama. Kalau sudah berwarna hijau, ada logo PSMS, dan ada tulisan PSMS, tidak peduli sponsor berganti-ganti, jersei itu pasti tetap dicari.

Menurut Hengki, kalau suporter sudah cinta mati, apa pun produk berbau PSMS pasti dibeli. ”Karena yang dicari oleh penggemar itu cuma tiga, yaitu warna, lambang, dan nama. Kalau sudah berwarna hijau, ada logo PSMS, dan ada tulisan PSMS, tidak peduli sponsor berganti-ganti, jersei itu pasti tetap dicari,” tutur Hengki yang kelahiran 8 Juni 1971 tersebut.

Adapun Hengki dengan Kagaya Sport bukan orang kemarin sore dalam belantika persepakbolaan Medan dan sekitarnya. Hengki adalah orang gila bola yang memiliki klub anggota PSMS, Gumarang FC, dan Medan FC. Sebaliknya, Kagaya Sport pernah menjadi pemasok perlengkapan tim PSMS pada 2011-an hingga lima tahun selanjutnya. ”Waktu itu, kami memasok rompi, jersei, tas, dan segala kebutuhan tim lainnya. Sampai sekarang, walau tidak ada kerja sama, PSMS masih sering pesan peralatan dengan kami, seperti jaring gawang,” ungkapnya.

Sejumlah pernak-pernik PSMS Medan, antara lain bendera, yang dikoleksi warga pencinta PSMS di toko olahraga di kawasan Jalan Gedung Arca, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (18/7/2023).
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Sejumlah pernak-pernik PSMS Medan, antara lain bendera, yang dikoleksi warga pencinta PSMS di toko olahraga di kawasan Jalan Gedung Arca, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara, Selasa (18/7/2023).

Nilai jual PSMS

Tak hanya Hengki, panglima aksi kelompok suporter PSMS, Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) 2007-2018, Saut FJ Naibaho (42), pun aktif menjual suvenir PSMS lewat akun Instagram @pebeshop12 sejak 2011. Saut yang biasa dipanggil Pak Baho menjual oblong dengan tulisan-tulisan dan gambar-gambar kreatif mengenai PSMS.

Pak Baho mengatakan, oblong berbahan katun kombat 30s itu sangat diminati oleh para penggemar PSMS. Sebagai gambaran, meskipun oblong yang dijualnya relatif mahal dibandingkan produk sejenis, oblong itu tetap laris manis. Itu karena oblong yang dijualnya relatif unik dan kental dengan nuansa PSMS.

Baca juga: Geliat PSIS Semarang Menyongsong Industri Sepak Bola Modern

”Bahkan, ada kaus yang gambar aku (yang sedang memimpin aksi mendukung PSMS di tribune stadion) pun ada yang mau beli. Segitulah kira-kira gambaran tingginya minat penggemar dengan suvenir-suvenir berbau PSMS,” ujar pria kelahiran Medan, 25 Juni 1981, tersebut.

Menurut Pak Baho, dengan minimnya kepercayaan sponsor terhadap PSMS karena kemerosotan prestasi sejak era Liga Indonesia mulai musim 1994/1995, manajemen PSMS sepatutnya mengoptimalkan potensi bisnis suvenir resmi yang belum digarap serius. ”Sekarang, zaman digital. Apa yang tidak bisa dilakukan? Potensi bisnis suvenir PSMS itu sangat tinggi, pasti ada yang mau beli,” tegasnya.

Panglima aksi kelompok suporter PSMS Medan, Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) 2007-2018, Saut FJ Naibaho (42), berpose usai diwawancarai di Medan, Sumatera Utara, Senin (17/7/2023).
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Panglima aksi kelompok suporter PSMS Medan, Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) 2007-2018, Saut FJ Naibaho (42), berpose usai diwawancarai di Medan, Sumatera Utara, Senin (17/7/2023).

Pengalaman Hengki dan Pak Baho menjual suvenir PSMS itu menggambar bahwa cendera mata mengenai ”Ayam Kinantan” sangat diminati para suporter. Klub yang berdiri pada 21 April 1950 itu dinilai memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Itu karena fanatisme penggemar yang sudah terbangun sejak lama, antara lain oleh prestasi mentereng PSMS di era 1960-1980-an.

PSMS pernah mendapatkan julukan ”The Killer” alias ”Sang Pembunuh” karena mampu menaklukkan tim-tim asing yang sebelumnya tidak terkalahkan dalam tur Indonesia pada 1950-an. Marwah julukan itu terjaga dengan keberhasilan PSMS menjadi klub tersukses dalam kompetisi Perserikatan di era pasca-kemerdekaan, yakni dengan enam gelar juara (1966/1967, 1967/1969, 1969/1971, 1973/1975, 1983, dan 1985) dan lima kali runner-up (1953/1954, 1955/1957, 1978/1979, 1991/1992).

Baca juga: Bisnis Persib Bandung, Kreasi Melayani Fanatisme Bobotoh

Selain itu, pemerhati sejarah PSMS, Indra Efendi Rangkuti (44), menuturkan, PSMS diuntungkan dengan letaknya yang strategis. PSMS berasal dari Medan yang berdasarkan jumlah penduduk dan potensi ekonomi adalah kota terbesar di Sumatera dan ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya, Jawa Timur. Artinya, PSMS berada di pusat perputaran uang yang potensial.

Di sisi lain, Medan berada tak jauh dari Malaysia dan Singapura kalau ingin mengembangkan bisnis secara global. ”Maka itu, sebenarnya besar sekali peluang mewujudkan kemandirian finansial untuk PSMS, khususnya melalui penjualan suvenir,” terang Efendi yang bekerja sebagai staf Tax Center Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dokumentasi Kagaya Sport saat menjadi penyuplai perlengkapan tim untuk PSMS Medan medio 2011 hingga lima musim selanjutnya, seperti dipotret <i>Kompas</i> di Medan, Sumatera Utara, Selasa (18/7/2023).
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Dokumentasi Kagaya Sport saat menjadi penyuplai perlengkapan tim untuk PSMS Medan medio 2011 hingga lima musim selanjutnya, seperti dipotret Kompas di Medan, Sumatera Utara, Selasa (18/7/2023).

Tidak menutup mata

Sejak diamanatkan untuk memimpin PSMS tahun lalu, CEO PSMS Arifuddin Maulana Basri (26) mengisyaratkan tidak pernah menutup mata dengan potensi bisnis penjualan suvenir. Musim lalu, dirinya sudah menyewa ruko dekat Stadion Teladan. Dengan semangat menggebu-gebu, menantu Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi itu mendesain toko dan menyediakan peralatan pendukung, seperti mesin untuk mencetak kaus.

Namun, saat semuanya sudah siap, Liga 2 Indonesia justru berhenti karena dampak Tragedi Kanjuruhan. Tanpa kompetisi, segenap industri di dalamnya pun terpukul, termasuk toko suvenir yang disiapkan Ari. ”Jadi, bukan kami tidak mempersiapkan. Itu akibat kompetisi berhenti yang sangat memukul kami,” kata Ari.

Baca juga: Strategi PSM Makassar Menyambut Abad Kedua

Untuk menyambut musim 2023/2024, Ari mengatakan, dia akan menyiapkan ulang skema bisnis tersebut. Dengan pengalaman pahit musim lalu, dirinya coba melakukan perencanaan dengan lebih matang. Desain jersei dan oblong dirancang dengan teliti, antara lain mengangkat unsur lokal berupa sentuhan corak ulos atau kain khas masyarakat Batak.

Strategi penjualannya tidak hanya bergantung dengan satu toko yang sedang dicari tempat baru yang lebih strategis, tetapi pula memanfaatkan teknologi dan jejaring rekan sesama pengusaha. Nantinya, suvenir PSMS akan dititip jual di sejumlah tempat.

Aktivitas akun Instagram @pebeshop12, akun dagang milik panglima aksi kelompok suporter PSMS Medan, Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) 2007-2018, Saut FJ Naibaho (42), yang direkam <i>Kompas</i>, Senin (14/8/2023).
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Aktivitas akun Instagram @pebeshop12, akun dagang milik panglima aksi kelompok suporter PSMS Medan, Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) 2007-2018, Saut FJ Naibaho (42), yang direkam Kompas, Senin (14/8/2023).

”Kita tidak bisa memaksa suporter membeli merchandise (suvenir resmi) klub, tetapi kami ingin suporter ikut berkontribusi dalam perkembangan klub, salah satunya dengan memiliki merchandise klub. Yang jelas, setiap langkah PSMS harus menjadi bisnis karena inilah sejatinya industri olahraga. Walau tidak bisa sepenuhnya membantu finansial klub, setidaknya penjualan merchandise bisa menutupi kebutuhan di beberapa sektor, mungkin seperti katering dan perjalanan tandang,” tutur Ari.

Di era industri sepak bola, telah menjadi kepatutan untuk PSMS mengembangkan potensi bisnis suvenir resmi. Lagi pula, PSMS punya nama besar dalam percaturan sepak bola nasional. Kalau mengingat warna hijau dari Sumatera, pikiran pencinta sepak bola Tanah Air pasti tertuju kepada Ayam Kinantan, raksasa sepak bola asal Medan dengan permainan khas mereka, rap-rap.

Adblock test (Why?)



"bisnis" - Google Berita
August 15, 2023 at 06:28AM
https://ift.tt/GI9Y4XK

Meraba Potensi Besar PSMS Medan dalam Bisnis Sepak Bola - kompas.id
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/d6HePk5
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Meraba Potensi Besar PSMS Medan dalam Bisnis Sepak Bola - kompas.id"

Post a Comment

Powered by Blogger.