Ide bisnis sering kali muncul dari lingkungan sekitar. Hal ini dibuktikan oleh Alya, seorang ibu yang tengah memiliki anak balita. Kegelisahannya terhadap model pakaian anak yang menurutnya kurang variatif mendorongnya untuk bereksperimen. Ia membuat sendiri baju untuk anaknya.
Hal ini pun diperkuat dengan kondisinya yang baru saja terkena PHK di kantor tempatnya bekerja. Tidak tenggelam dalam keputusasaan, ia pun memanfaatkan waktu yang ada untuk mendesain serta membuat baju anak yang berbeda dengan model baju di pasaran. Oleh karena satu bahan bisa menghasilkan lebih dari satu baju, ia pun menjual sisa baju kepada rekan-rekan di sekitarnya.
Ternyata, hal ini membuka peluang bagi Alya. Olehnya, sang anak digunakan sebagai 'kelinci percobaan' untuk baju-baju yang mulai masif diproduksi. Ia mengatakan, kenyamanan sang anak menjadi 'quality control' sebelum baju-baju produksi Alya dijual ke pasaran.
"Dulu kan biasanya beli baju anak di e-commerce, terus tu harganya 100 ribu dapat 5. Itu tuh laris banget padahal nggak bisa milih. Nah, orang nggak bisa milih aja laku, apalagi kalau saya bikin sendiri. Nah saat itu saya tesnya dari anak sendiri. Produknya kan dipakai sendiri, tiap hari pakai-cuci terus, nah ini produknya nyaman nggak, kekurangannya di mana, kebutuhannya seperti apa, saya bisa lihat sendiri," ungkap Alya kepada tim d'Mentor on Location, Kamis (12/1/23).
Mon Chery, nama bisnis konfeksi Alya, pun kini mampu memproduksi 4.000 pakaian anak per bulan. Dari situ, Alya menyebutkan bahwa omzet bulanannya bisa mencapai Rp 250 juta. Ia mengaku serapan konsumen terbesar biasanya terjadi pada hari-hari besar nasional dan keagamaan. Alya mengakui memiliki strategi khusus untuk mendongkrak penjualan di hari-hari spesial tersebut.
"Biasanya paling tingginya di hari Idul Fitri atau di bulan Ramadan ya. Itu yang paling tinggi. Kalau untuk bulan Ramadan, biasanya kita juga ada bikin pakaian muslim atau gamis (anak) sehingga permintaan bisa tinggi di bulan-bulan itu," kata Alya.
Alya mengatakan kendala utamanya bukan perkara bahan atau pegawai. Menurutnya, proses produksi selama ini terus berjalan tanpa ada hambatan yang berarti. Namun ia mengatakan bisnis pakaian bayi rentan hancur karena perang harga. Kepada tim d'Mentor on Location, Alya memberikan tips ampuh untuk menangani persaingan dagang produk sejenis yang datang dari luar negeri.
"Kalau mau menghindari perang harga, itu susah pasti. Karena barang impor, pakaian anak itu yang datang banyak banget dari China dan murah. Caranya (melawan perang harga), karena kita barang sendiri, produk sendiri, ya pastinya desain. Saya lebih ke desainnya bikin yang beda, nggak pasaran, sama memperkuat kualitas," tukas Alya.
(vys/vys)"bisnis" - Google Berita
January 12, 2023 at 07:06AM
https://ift.tt/OIHo85g
Bisnis Cuan Baju Balita, Tembus 250 Juta Per Bulan - detikFinance
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/3rtwHDF
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bisnis Cuan Baju Balita, Tembus 250 Juta Per Bulan - detikFinance"
Post a Comment