Search

Bisnis Kelor Beromzet Rp 4 Miliar dari Blora - Nasional Tempo

INFO NASIONAL - Moringa atau biasa dikenal kelor termasuk salah satu tanaman perkebunan berpotensi bisnis cukup luas. Daun kelor tidak dijual sebagai bahan baku mentah di pasar tradisional, tapi dapat dipasarkan dalam beragam jenis produk turunan seperti minuman, makanan, produk kesehatan dan produk kecantikan alami.

Manfaat daun kelor yang beragam menjadikan tanaman ini memiliki nilai ekonomi. salah satunya adalah Dudi Krisnadi, pelaku usaha perkebunan asal Desa Ngawenombo, Kunduran, Blora, Jawa Tengah. Pemilik PT Moringa organik Indonesia (MOI) menggeluti bisnis kelor sejak 2010. Lima tahun kemudian dia mendirikan perusahaan dengan pegawai sebanyak 25 orang. Produknya menembus pasar global dengan omzet Rp 4 miliar per tahun.

Dudi mengatakan, kelor termasuk superfood yang diminati pembeli dari dalam dan luar negeri. Tanaman ini memiliki kandungan nutrisi berlipat dibandingkan komoditas lain. “Prospeknya sangat luas karena memiliki spektrum turunan produk yang beragam, menjadikan produk ini semakin dicari dan diminati banyak negara,” ujarnya.

Menurut dia, usaha dan kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Ketekunan mengembangkan kelor dan produk turunannya diminati pasar global. “Kami berhasil ekspor ke Eropa melalui Jerman, Jepang, Malaysia, Kanada,dan lainnya. Bahkan kami telah memproduksi secara organik dan sudah diakui oleh CERES-German seluas 25 hektare,” kata Dudi.

Pemasaran produk di dalam negeri dilakukan melalui loka pasar atau market place  dan gerai offline.

Saat ini luas kebun kelor yang berafiliasi dengan MOI sekitar 200 hektare. Area kebun tersebar di Blora seluas tiga hektare, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah. “Untuk bahan baku daun dan biji kelor diperoleh dari petani yang sudah dilatih dan memiliki keterikatan dalam sistem pengolahan kelor Moringa Nutrition Lock Methode,” ujar Dudi.

Tanaman kelor yang dikelola Dudi sudah memiliki sertifikat organik, proses pengeringan sesuai dengan ISO dan HACCP. “Semuanya kami terapkan dalam SOP budidaya dan pengolahan daun kelor Moringa Organik Indonesia,” ucapnya.

Dudi menjelaskan kegiatan produksi berdasarkan permintaan pembeli karena tidak seluruh kebun kelor aktif berproduksi setiap hari. MOI memproduksi bahan baku dasar berupa daun kelor kering yang kemudian menjadi produk akhir. “Seperti teh seduh dan teh celup (murni dan mix). Kemudian kopi kelor, jahe kelor, jahe pandan, kelor rempah, cokelat kelor, puding kelor dan beragam makanan maupun minuman lainnya,” kata dia.

Selain itu, MOI memproduksi tepung daun kelor (murni dan sebagai pencampur), dan produk kesehatan seperti kapsul kelor, cairan obat dalam kelor, serta jamu tetes. “Saat ini kami sedang proses untuk produk kecantikan seperti kosmetik alami berbasis minyak biji kelor, namun belum dijual bebas, karena masih dalam proses perijinan BPOM," ujarnya.

Scroll Untuk Melanjutkan

Dudi mengatakan prospek bisnis kelor sangat menjanjikan. Untuk menjaga keberlangsungan atau keberlanjutan produk kelor dibutuhkan ketersediaan bahan baku yang memadai dan terjamin. “Kami mengelola Pusat Pembelajaran Moringa Organik Indonesia, sampai saat ini sudah melatih lebih dari 1.000 orang, termasuk generasi muda,” ucapnya.

Dia berharap kalangan muda mau ikut terjun langsung menggeluti usaha kelor. “Turut berkontribusi memajukan kelor Indonesia agar semakin dikenal dan diminati pasar global”.

Kementerian Pertanian mendorong petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm, tetapi juga turut mengembangan off farm melalui hilirisasi produk pertanian termasuk perkebunan. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta jajaran pertanian menggali terus potensi produk turunan sehingga memiliki kualitas yang baik, bermutu, bernilai tambah, dan berdaya saing. Sehingga produk hilirisasi pertanian berdampak positif terhadap pendapatan petani itu sendiri.

“Pekebun dan generasi muda harus sigap dan jeli melihat peluang besar produk olahan hasil perkebunan. Peran dan kontribusi aktifmu dapat memajukan dan memperkuat perekonomian negara. Jadikan kelor ini semakin digandrungi di pasar global,” kata Menteri Syahrul.

Dia mendorong produksi dan produktivitas pertanian dengan ketersediaan bahan baku perkebunan. “Juga menjamin kontinuitas produk turunan, dengan didukung terobosan baru yang lebih kreatif, inovatif dan teknologi yang semakin mumpuni,” ujar Syahrul.

Disisi lain, Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah mengatakan, potensi produk turunan perkebunan sangat besar dan sudah pasti dibutuhkan serta semakin dilirik pasar global. Untuk itu kita perlu kembangkan dan memperkuat perkebunan dari hulu hingga ke hilir. Selain itu perlu juga diperhatikan dalam merancang kemasan produk turunannya dan strategi pemasaran agar dapat menciptakan produk yang menarik, dan memberikan kesan tertentu yang dapat terus diingat di benak konsumen. Demi mewujudkan hal tersebut, tentu butuh sinergi atau kolaborasi bersama dan saling menguatkan. Mari kita bersama-sama perkuat potensi-potensi hasil olahan tanaman perkebunan, hingga bisa terus melejit di pasar internasional.(*)

Adblock test (Why?)



"bisnis" - Google Berita
August 08, 2023 at 06:25PM
https://ift.tt/l6JAH5C

Bisnis Kelor Beromzet Rp 4 Miliar dari Blora - Nasional Tempo
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/DbwXP2c
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Bisnis Kelor Beromzet Rp 4 Miliar dari Blora - Nasional Tempo"

Post a Comment

Powered by Blogger.