Search

RI-India Gulirkan Perjanjian Tarif Preferensial dan Kolaborasi Bisnis - kompas.id

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Duta Besar RI untuk India Ina Hagniningtyas Krisnamurthi berdialog dengan pelaku usaha dan industri india serta sejumlah negara dalam Country Session Indonesia yang merupakan bagian dari CII Partnership Summit 2023 di New Delhi, India, Selasa (14/3/2023).
KOMPAS/HENDRIYO WIDI

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Duta Besar RI untuk India Ina Hagniningtyas Krisnamurthi berdialog dengan pelaku usaha dan industri india serta sejumlah negara dalam Country Session Indonesia yang merupakan bagian dari CII Partnership Summit 2023 di New Delhi, India, Selasa (14/3/2023).

NEW DELHI, KOMPAS — Indonesia dan India menargetkan nilai perdagangan nonmigas kedua negara bisa mencapai 50 miliar dollar AS pada 2025. Target tersebut akan direalisasikan melalui perjanjian tarif preferensial serta kolaborasi pelaku usaha dan industri kedua negara.

Target perdagangan kedua negara itu disepakati bersama oleh Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri India Narendra Modi pada 2019. Hingga 2022, total perdagangan nonmigas RI-India telah mencapai 32,7 miliar dollar AS atau tumbuh 55 persen secara tahunan.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Selasa (14/3/2023), mengatakan, pihaknya akan berupaya merealisasikan target itu dengan menjalin hubungan yang intensif bersama pemerintah dan pelaku usaha India. Dengan Pemerintah India, Indonesia tengah berupaya merealisasikan perjanjian tarif preferensial (PTA).

”PTA tersebut akan mengarah pada perdagangan barang yang berfokus pada isu kepentingan dua negara,” ujarnya di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Kemitraan Konfederasi Industri India (Confederation of Indian Industry/CII Partnership Summit) 2023 di New Delhi, India.

Dalam pertemuan dengan Menteri Perdagangan dan Industri India Piyush Goyal, Selasa malam, Zulkifli juga membahas mengenai PTA. Kedua negara bersepakat memulai perundingan membahas PTA.

Indonesia tengah berupaya merealisasikan perjanjian tarif preferensial dengan India. PTA tersebut akan mengarah pada perdagangan barang yang berfokus ke isu kepentingan dua negara.

Perjanjian Perdagangan India
SUMBER: KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Perjanjian Perdagangan India

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono menambahkan, perundingan kerja sama perdagangan bilateral RI-India sudah dimulai sejak 2020. Waktu itu, kedua negara berkomitmen merealisasikan PTA.

Namun, lantaran pandemi Covid-19, negosiasi PTA itu tertunda selama lebih kurang dua tahun. Pada tahun ini, RI-India kembali memulai negosiasi PTA secara lebih intensif.

Menurut Djatmiko, RI-India sebenarnya telah terikat konsensus Area Perdagangan Bebas ASEAN-India. Konsensus itu terdiri dari tiga perjanjian menyangkut sektor perdagangan barang (AITIGA), perdagangan jasa (AITISA), dan investasi (AIAOI).

AITIGA diimplementasikan pada 10 Januari 2010. Perjanjian ini mengatur tentang penghapusan dan pengurangan tarif perdagangan barang tertentu. ”Pada tahun ini, ASEAN dan India akan bernegosiasi untuk meninjau ulang dan memperbarui perjanjian tersebut,” kata Djatmiko.

Djatmiko juga berharap agar India turut serta dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). Pasalnya, dalam beberapa tahun ke depan RI dan India bakal menjadi episentrum ekonomi dunia.

Baca Juga: RI dan India Ajak Dunia Perkuat Jembatan Kemitraan

https://dmm0a91a1r04e.cloudfront.net/r9hlLkdnvMSEO7jcGXaamLbzYA8=/1024x951/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F01%2F07%2F20200107-NSW-RCEP-mumed_1578388902_png.png

Kolaborasi dan hambatan

Selain PTA, lanjut Zulkifli, Kemendag akan mendorong kolaborasi antara pelaku usaha dan industri RI-India untuk saling meningkatkan perdagangan, bahkan investasi. Salah satu upaya yang digulirkan adalah meningkatkan kerja sama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dengan CII.

Kemendag akan memfasilitasi mereka bisa bertemu dalam pertemuan-pertemuan B20 pada Presidensi G20 India 2023. Selain itu, pada Mei 2023, Kemendag akan menggelar misi dagang ke India bersama para pelaku usaha Indonesia.

”Kami berharap perusahaan-perusahan anggota CII dapat berpartisipasi pada misi dagang tersebut agar semakin meningkatkan interaksi bisnis kedua negara,” kata Zulkifli seusai bertemu dengan Presiden CII Sanjiv Bajaj, di Hotel Taj Palace, New Delhi.

Dalam pertemuan itu, Bajaj menyatakan, CII berkomitmen membantu peningkatan hubungan dagang kedua negara. Baik Indonesia maupun India memiliki tujuan yang sama, yakni perdagangan yang saling menguntungkan. CII juga akan mendukung misi dagang yang akan dilakukan Indonesia ke India.

Dalam forum Country Session KTT CII Partnership Summit 2023, Pemerintah RI juga berdialog dengan pelaku usaha dan industri anggota CII dan dari sejumlah negara. Dalam kesempatan itu, Zulkifli Hasan dan Duta Besar Indonesia untuk India Ina Hagniningtyas Krisnamurthi menyatakan, Pemerintah RI akan memfasilitasi perdagangan dan investasi bagai para pelaku usaha dan industri kedua negara.

Indonesia juga mengundang pelaku usaha dan industri India untuk berinvestasi di Ibu Kota Negara Baru di Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Selain itu, Indonesia juga berkomitmen membantu mereka menyelesaikan hambatan-hambatan perdagangan dan investasi di Indonesia.

Indonesia juga mengundang pelaku usaha dan industri India untuk berinvestasi di Ibu Kota Negara Baru.

Baca Juga: RI Bidik Pasar Ekspor dan Investasi Tiga Kawasan

Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan nertemu dengan Menteri Perdagangan dan Industri India Piyush Goyal di Kantor Kementerian Perdagangan dan Industri India di New Delhi, India, Selasa (14/3/2023) malam.
DOKUMENTASI KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan nertemu dengan Menteri Perdagangan dan Industri India Piyush Goyal di Kantor Kementerian Perdagangan dan Industri India di New Delhi, India, Selasa (14/3/2023) malam.

Dalam pertemuan Goyal, Zulkifli juga membahas penguatan kerja sama di lima sektor, yaitu teknologi informasi, kesehatan, tekstil, furnitur, serta pendidikan dan sumber daya manusia. Mereka juga membahas beberapa hal yang dianggap menghambat upaya peningkatan perdagangan bilateral kedua negara. Beberapa persoalan itu antara lain terkait ekspor ban dan fiber Indonesia ke India, serta impor daging kerbau, otomotif, gula, dan beras dari India ke Indonesia.

Zulkifli juga meminta agar India tidak jadi mengenakan bea masuk antidumping (BMAD) untuk serat stapel viskosa atau benang rayon Indonesia. Produk ini merupakan bahan baku pendukung industri tekstil India yang dapat meningkatkan ekspor tekstil India ke dunia.

Salah satu perusahaan Indonesia yang mengahsilkan produk tersebut adalah PT Asia Pacific Rayon (APR). PT APR berminat berinvestasi di India untuk mengembangkan produk viskosa generasi baru (lyocell fibre) dengan kualitas lebih baik dan ramah lingkungan.

”Melalui investasi tersebut, kami berharap Indonesia dapat turut berperan dalam produksi tekstil berkualitas tinggi di India,” kata Zulkifli.

Baca Juga: Ekonomi India Masih Tumbuh Apik, RI Optimalkan Ekspor

Perdagangan RI-India
SUMBER: KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Perdagangan RI-India

Adblock test (Why?)



"bisnis" - Google Berita
March 15, 2023 at 09:45AM
https://ift.tt/STRJDKf

RI-India Gulirkan Perjanjian Tarif Preferensial dan Kolaborasi Bisnis - kompas.id
"bisnis" - Google Berita
https://ift.tt/FganQkI
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "RI-India Gulirkan Perjanjian Tarif Preferensial dan Kolaborasi Bisnis - kompas.id"

Post a Comment

Powered by Blogger.